Para peneliti juga memprediksi bahwa apa yang disebut zona akumulasi plastik sirkumpolar akan terbentuk pada tahun 2025.
"Pada akhir abad ini, model tersebut menunjukkan bahwa hampir semua plastik terkait pandemi berakhir di dasar laut (28,8 persen) atau pantai (70,5 persen), berpotensi merusak ekosistem bentik(wulayah terdalam laut)," tulis peneliti seperti dikutip Live Science.
Atas temuan itu para peneliti menyoroti sungai dan aliran yang bermuara ke laut, untuk sebaiknya mendapatkan perhatian khusus dalam pengelolaan sampah plastik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pandemi Covid-19 baru-baru ini telah menyebabkan peningkatan permintaan plastik sekali pakai, meningkatkan masalah yang sudah di luar kendali ini," tulis penulis penelitian.
Secara khusus, studi ini menyoroti kebutuhan akan sistem yang lebih baik untuk mengumpulkan, mengolah, dan membuang sampah plastik medis di negara berkembang, untuk menjauhkannya dari sungai.
Selain itu peneliti juga meminta untuk membatasi penggunaan plastik sekali pakai. Hal itu disebut menjadi alternatif berkelanjutan.
Dikutip Guardian, sebelumnya penelitian pada Maret 2021 mengungkap kasus pertama seekor ikan yang terperangkap dalam sarung tangan medis, ditemukan selama pembersihan kanal di Leiden, Belanda.
Sedangkan si Brasil, masker ditemukan di dalam perut penguin Magellan yang mati.
Studi di China menemukan bahwa 46 persen sampah plastik yang salah kelola berasal dari Asia, karena tingginya tingkat pemakaian masker oleh individu, diikuti Eropa, 24 persen, dan Amerika Utara dan Selatan, 22 persen.
(can/fjr)