Sebuah studi baru mengungkapkan fenomena hilangnya danau raksasa di Antartika secara tiba-tiba selama musim dingin 2019.
Para Ilmuwan mengatakan danau itu menghilang dari Lapisan Es Amery selama musim dingin 2019 dan diperkirakan 600 hingga 750 juta meter kubik air menghilang ke lautan. Jumlah itu setara dengan dua kali volume air San Diego Bay. Mereka percaya air terkuras ke laut karena berat air itu.
"Kami percaya berat air yang terakumulasi di danau membuka celah di lapisan es yang terletak di bawah danau, sebuah proses yang dikenal hidrofraktur, menyebabkan air mengalir ke laut di bawahnya," ujar ahli glasiologi dari Universitas Tasmania, Roland Warner kepada Phsy, Sabtu (26/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banjir yang disebut Warner terjadi selama tiga hari, di mana seluruh danau dikeringkan menurut pengamatan citra satelit.
Pengamatan itu, tak hanya menangkap seperti apa pemandangan dari atas. Namun ICESat-2 NASA juga mencatat perubahan elevasi lapisan es akibat perpindahan air.
"Sangat menarik melihat ICESat-2 menunjukkan kepada kita detail proses yang terjadi di lapisan es dalam skala spasial yang begitu halus," ujar ahli glasiologi di Scripps Institution of Oceanography, Helen Amanda Fricker.
"Karena air lelehan permukaan di lapisan es dapat menyebabkan keruntuhan, yang pada akhirnya menyebabkan kenaikan permukaan laut ketika es yang ada di bumi tidak lagi tertahan, penting untuk memahami proses yang melemahkan lapisan es," tambahnya.
Ada kemungkinan akan lebih banyak fenomena hilangnya danau Antartika di masa depan sebagai perubahan iklim.
Mengutip Futurism, saat suhu global meningkat, lapisan es dan gletser mencair, sehingga menciptakan lebih banyak danau yang mencair dalam prosesnya. Hal ini dapat menyebabkan lebih banyak hidrofaktur dan risiko destabilisasi yang lebih besar untuk lapisan es, kata para peneliti.
Para peneliti mengatakan pihaknya belum cukup mengetahui peristiwa rekahan hidro ini apakah saling berkaitan.