Jakarta, CNN Indonesia --
Pemanfaatan energi batu bara yang merupakan bagian dari energi fosil telah lama digunakan di dunia. Tercatat, sekitar abad 19-an energi fosil sudah digunakan untuk hasilkan listrik.
Penggunaan energi fosil lantas meningkat seiring tumbuhnya industri dan penggunaan listrik manusia. Eksploitasi energi fosil berkembang dengan memanfaatkan gas alam hingga minyak bumi.
Namun, ironisnya bahan bakar fosil yang digunakan kerap dinilai merusak lingkungan, imbas proses pembakaran yang dapat mempengaruhi suhu global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum lama, Indonesia dan 22 negara lainnya berkomitmen menghentikan penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap dan memulai transisi ke energi ramah lingkungan, di KTT COP26, Glasgow pekan lalu.
Ketentuan ini dilakukan untuk membatasi kenaikan suhu global tak lebih dari 1,5 derajat Celsius sehingga dunia dapat mencapai emisi karbon nol bersih pada tahun 2050.
Namun, keberatan dari sejumlah negara membuat kesepakatan penghentian tidak jadi dilakukan. Tapi beralih menjadi pengurangan penggunaan batu bara. Langkah ini membuat sebagian pihak pesimis target kenaikan pemanasan global kurang dari 1,5 derajat Celsius bakal tercapai. Lalu sumber energi apa yang ideal untuk menggantikan bahan bakar fosil?
Para ahli mengemukakan sejumlah alternatif mulai dari energi air, angin, matahari, panas bumi, hingga nuklir. Energi alternatif pengganti energi fosil ini memang terbilang melimpah. Tapi, peneliti di Pusat Penelitian Geoteknologi BRIN, Anggoro Tri Mursito tak menampik dari segi harga listrik yang dijual energi alternatif tak semurah energi yang peroleh dari konversi bahan baku fosil.
Meski tarif listrik dari energi alternatif tak mampu bersaing dengan energi fosil, Anggoro memprediksi harga itu bakal stabil, lantaran tak terpengaruh harga bahan baku global, seperti halnya batu bara dan minyak.
Anggoro pun menilai Indonesia harus segera memulai transisi penggunaan energi baru terbarukan (EBT).
"Skenario pengganti batubara, mau tidak mau peralihan itu dilakukan dan dioptimalkan dari sekarang, katakanlah 2030 atau 2040 harus setop total misalnya, ya dari sekarang segera, 2040 tuh sebentar lagi," tuturnya.
[Gambas:Video CNN]
Energi air
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional(BRIN) sekaligus Executive Director of Asia Pacific Centre for Ecohydrology (APCE), Ignasius D.A Sutapa menjelaskan sederet energi yang ideal pengganti energi fosil. Di antaranya pemanfaatan energi dari air atau hydropower.
Ia menilai Indonesia sudah cukup lama memanfaatkan air menjadi energi listrik, dengan membangun bendungan yang juga bisa berguna sebagai irigasi hingga penampung air.
"Indonesia juga sudah menggunakan hydropower cukup lama, menggunakan bendungan bukan hanya untuk irigasi tetapi untuk pembangkit listrik utamanya," ujar Ignasius kepada CNNIndonesia.com lewat sambungan telepon, Rabu (17/11).
Ia menilai prnggunaan hydropower di Indonesia merupakan sumber energi yang potensial. Selain itu hudropower juga disebut Ignasius tak hasilkan gas buang. Hydropower dijelaskan Ignasius hanya menggunakan air untuk menggerakkan turbin sehingga menghasilkan listrik.
"Hanya harus dilihat di mana lokasi yang potensial kemudian cukup lanskapnya bisa. Walaupun sekarang upaya untuk microhydro atau yang ukuran kecil sudah mulai marak juga," tuturnya.
Energi angin
Selain itu ada juga energi pemanfaatan angin. Ignasius mengatakan di wilayah tertentu memiliki kecepatan angin yang sangat potensial untuk diubah menjadi bentuk energi listrik.
Tentunya ia menilai penting untuk mengkaji lokasi potensial untuk memberi dampak efisiensi dalam pemanfaatan dan distribusi tenaga bayu.
Energi Matahari
Kemudian solar cell. Ia menilai saat ini juga sudah mulai terus dikembangkan bagaimana mengembangkan tenaga surya untuk berbagai keperluan. Misalnya untuk menyimpan baterai pada lampu jalan.
Hal ini sejalan dengan Pakar Lingkungan dari Universitas Indonesia (UI), Tarsoen Waryono. Ia menilai Indonesia bisa memanfaatkan energi Matahari yang berlimpah.
Menurut dosen Fakultas MIPA itu, Indonesia memiliki ketersediaan energi Matahari, lebih dari 10 jam sehari.
"Dengan memfokuskan energi matahari yang melimpah, tersedia penuh lebih dari 10 jam per harinya, serta tidak ada resiko serta dampak negatif terhadap kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan," ujar Tarsoen kepada CNNIndonesia lewat pesan teks, Rabu(17/11).
Meski pemanfaatan energi solar sudah dimulai di Indonesia, Tarsoen menilai pelaksanaanya saat ini masih belum optimal.
Biodiesel
Lebih lanjut Ignasius menjelaskan energi biodisel juga dinilai bisa menjadi alternatif energi fosil. Ia menjelaskan seperti contohnya limbah dari pemanfaatan sawit.
Limbah tersebut bisa dikonversi menjadi listrik, meski tetap menghasilkan emisi buang lantaran proses pembakaran limbah sawit.
"Biodisel itukan di antaranya dianggap sebagai energi terbarukan. Walaupun tetap dibakar, tetap ada efek ke lingkunganya kalaupun di bakar," tuturnya.
Dihubungi terpisah, Anggoro mengatakan Indonesia juga bisa memanfaatkan energi panas Bumi atau geothermal untuk dijadikan listrik.
[Gambas:Video CNN]
Panas bumi
Padahal, Anggoro menjelaskan Indonesia dikelilingi ring of fire yang disebut menjadi potensi bahan baku sumber Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Ia mengatakan hampir 40 persen sumber energi geothermal dunia ada di Indonesia, yang bisa menghasilkan energi listrik 25 gigawatt.
"Sekitar hampir 40 persen atau total sumber energy geothermal yang ada di dunia itu ada di kita di Indonesia. Jadi sangat besar hampir 25 gigawatt terakhir itu hasil kajian dan explorasi dari ESDM," ujar Anggoro kepada CNNIndonesia.com lewat sambungan telepon, Rabu (17/11).
Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat yang sudah memanfaatkan geothermal sejak lama, Anggoro menyebut hanya selisih 5 hingga 7 giga watt untuk menghasilkan energi listrik.
Dengan melimpahnya energi panas bumi di Indonesia, ironisnya pemerintah baru memanfaatkan energi terbarukan itu sekitar 2500 mega watt.
"Yang ada itu sekarang sekitar 2500 MW kurang listrik dari panas bumi sudah dipasang di Indonesia. Jadi baru kecil sekali," tutur Anggoro.
Energi nuklir
Selain itu Anggoro juga melihat adanya potensi pemanfaatan nuklir sebagai energi terbarukan sebagai alternatif pengganti bahan baku fosil.
Anggoro mengatakan kajian nuklir sudah cukup jelas skenario rencana pembangunan pltn di Indonesia, sudah cukup lama dibuat gagasanya.
Sekiar tahun 70-an Anggoro mengatakan sudah ada perencanaan yang serius untuk membuat PLTN. Jadi sempat ada visibilitas studi di belasan lokasi yang dijadikan calon tapak PLTN.
Dia menilai setidaknya inisiasi perencanaan secara serius sudah ada di tahun 70an bahkan sampai tahun 90an.
"Jadi sudah sekitar 20 tahunan itu sudah direncanakan," pungkasnya.
Menurut Anggoro nuklir menjadi salah satu sumber daya yang berkontribusi sebagai sumber daya energi terbarukan. Hanya saja memang dengan adanya tren dekarbonisasi mau tidak mau harus dikaji lebih lanjut berapa persen sumbangsih dari sumber energi nuklir.
Sederet masukan dari peneliti BRIN dan akademisi dalam negeri diharapkan menjadi dorongan pemerintah untuk menggalakkan pemanfaatan energi yang sudah tersedia di Indonesia.
Tinggal kini, bagaimana pemerintah menyikapi dan bertindak tegas dalam suntik mati batu bara di Indonesia, yang digadang-gadang setop pada 2040.
"Untuk skala skarang mungkin istilahnya dari sisi harga dan efisiensi mungkin masih lebih murah menggunakan bahan bakar fosil. Tetapi ke depan mau tidak mau harus beralih ke sumber energy untuk menjaga bumi ini agar bisa terus ditinggali," tutup Ignasius.
[Gambas:Video CNN]