Inggris disebut telah menyetujui penggunaan molnupiravir sekaligus menjadi negara pertama di dunia yang menggunakannya. AS disebut akan segera menyusul apda akhir tahun ini.
Dijelaskan Bill Gates, obat antivirus ini bisa diminum segera setelah hasil tes Covid-19 menunjukkan positif. Harga pasaran untuk konsumen masih belum diketahui, meski diharapkan bisa diporduksi dalam versi murah untuk negara-negara berpenghasilan rendah.
Data yang dihasilkan disebut cukup menjanjikan. Pasien yang belum divaksinasi dengan kasus Covid ringan atau sedang yang menggunakan molnupiravir dalam waktu lima hari setelah gejala berkembang mengalami penurunan sekitar 50 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Sedangkan dalam uji coba Pfizer, Paxlovid dan ritonavir mengurangi risiko rawat inap atau kematian pada pasien berisiko tinggi sebesar 89 persen. Namun, diingatkan Bill Gates, kemungkinan munculnya varian Covid baru yang lebih berbahaya ke depannya.
"Melalui vaksin dan obat antivirus, tingkat keparahan dan kematian akibat Covid-19 seharusnya turun cukup dramatis pada musim panas mendatang. Saat ini, buktinya adalah [varian baru] tidak mungkin, meskipun hal itu tidak boleh dikesampingkan," terangnya.
Pada Forum Ekonomi Baru minggu ini di Singapura, Bill Gates memperkirakan bahwa pada pertengahan 2022 kematian akibat Covid-19 dan tingkat infeksi secara umum akan turun lebih rendah daripada flu musiman. Itu dimungkinkan selama varian baru yang berbahaya tidak muncul.
Prediksi itu disebut Fast Company bahkan lebih pendek dari yang diperkirakan kepala farmasi. Pada September, CEO Moderna Stéphane Bancel mengatakan bahwa pandemi akan berakhir dalam setahun.
Begitu juga yang dikatakan CEO Pfizer Alan Bourla di This Week ABC September lalu bahwa orang akan dapat kembali kehidupan normal mereka dalam setahun.
"Saya pikir skenario yang paling mungkin adalah vaksinasi ulang tahunan," kata Boulra.
Perusahaan farmasi sudah bersiap untuk dunia di mana vaksinasi COVID-19 tahunan menjadi rutinitas. Novavax (perusahaan biotek yang berbasis di Maryland) dan Moderna sedang dalam proses mengembangkan satu suntikan yang mencakup COVID-19 dan flu.
Sementara itu, Pfizer sedang dalam proses mengembangkan vaksin flu berbasis MRNA yang terpisah, yang dapat diberikan bersamaan dengan vaksin Covid-19.
Alessandro Sette, profesor di Pusat Penelitian Penyakit Menular dan Vaksin di Institut Imunologi La Jolla, mengantisipasi kembalinya kehidupan secara bertahap ke normal dan tidak peduli berapa lama pun waktu yang dibutuhkan.
Hal yang bisa memperumit masalah adalah sejumlah besar orang yang tetap tidak divaksinasi dan yang belum mengembangkan kekebalan melalui infeksi.
"Kami memiliki jutaan orang dalam kesulitan di seluruh dunia. Ada jutaan orang yang rentan terhadap infeksi, itu dapat menyebabkan situasi di mana tingkat infeksi meningkat. Jalan keluarnya adalah dengan meningkatkan vaksinasi di seluruh dunia," ujar Sette.
Namun, Sette tidak percaya bahwa Sars-COV-2 akan membutuhkan suntikan tahunan sebagai jalan keluar. Alasan FDA menyetujui booster Covid-19 bukan karena virusnya telah berubah, tetapi karena kekebalannya berkurang.
"Pertanyaannya sederhana, apakah kita membutuhkan booster seperti pada kasus flu? Jawabannya tidak. Alasan vaksin flu yang berbeda dikembangkan setiap tahun adalah karena flu itu sendiri berbeda setiap tahun. Jadi untuk saat ini, tidak ada alasan untuk berpikir bahwa vaksinasi Covid-19 tahunan akan menjadi rutinitas," tutup Sette.
(ttf/fjr)