Ilmuwan: Eijkman Gabung ke BRIN Bukti Mentahnya Ekosistem Riset RI

CNN Indonesia
Kamis, 06 Jan 2022 08:00 WIB
Pengambilalihan Eijkman oleh BRIN menurut ALMI menimbulkan multitafsir bagi berbagai pihak itu dan menjadi bukti mentahnya ekosistem riset di dalam negeri.
Gedung Lembaga Eijkman di Jakarta Pusat. (Foto: ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)
Jakarta, CNN Indonesia --

Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) menanggapi penggabungan Eijkman ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Menurut ALMI, peleburan Eijkman yang timbulkan multitafsir bagi berbagai pihak itu menjadi bukti mentahnya ekosistem riset di dalam negeri.

"Eijkman di bawah BRIN yang menimbulkan banyak keresahan dan juga berbagai penafsiran, adalah salah satu gejala dari masalah belum matangnya ekosistem riset di Indonesia yang mampu menjamin kebebasan akademik untuk individu peneliti," ujar ALMI lewat keterangan tertulis, Kamis (5/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu ekosistem riset di dalam negeri dinilai ALMI belum mampu menjamin otonomi kelembagaan untuk lembaga penelitian, keberlanjutan serta keterkaitan sains dan teknologi dengan kemajuan kemanusiaan, keadilan, dan kesejahteraan.

BRIN disebut ALMI sedang mengupayakan pemajuan tata kelola riset dan kelembagaannya. Namun, kebijakan peleburan LBM Eijkman menjadi PRBM Eijkman, diambil dan diterapkan tanpa kebijakan transisi dengan waktu dan informasi yang memadai.

"Hal ini menyebabkan diskontinuitas sebuah tim riset kelas dunia yang solid. Tim ini tidak hanya terdiri dari sumber daya manusia (SDM) ilmuwan yang berkualifikasi S3, tetapi juga tenaga laboran, teknisi dan tenaga lain yang saling mendukung," tutur ALMI.

Peleburan juga dinilai ALMI berpotensi menghapus infrastruktur kelembagaan LBM Eijkman yang telah membangun dan menerapkan salah satu kultur akademik terbaik di Indonesia.

Birokrasi dan peraturan yang saat ini menaungi PRBM Eijkman dinilai berpotensi membatasi ruang gerak untuk mencapai misi dan visi menjadi lembaga penelitian biologi molekuler terkemuka dunia, yang mempunyai kontribusi langsung pada kebijakan di dalam dan luar negeri.

Lebih lanjut ALMI menyatakan timbulnya berbagai reaksi dari peleburan Eijkman, menandakan mendesaknya isu tata kelola riset di Indonesia.

Oleh karena itu, ALMI mendorong pemerintah dan bersedia memikirkan bersama upaya penguatan ekosistem riset untuk pengembangan sains dan teknologi.

Selain kerangka regulasi yang mendukung riset independen, lintas-disiplin dan kolaboratif, ALMI menilai diperlukan sistem dan tata kelola yang mendukung kelembagaan riset yang plural dan memiliki ruang untuk memelihara kemandirian serta keunikannya.

"Ruang gerak ini dapat melestarikan lingkungan riset yang memberdayakan pengembangan sains dan teknologi yang berkelanjutan secara partisipatif," ujarnya.

Pihaknya juga mendorong pemerintah bersedia memikirkan bersama, dalam upaya penguatan pendanaan penelitian yang dapat mengelola dana-dana penelitian.

ALMI juga mendorong pemerintah serta bersedia memikirkan bersama, dalam upaya pengadaan, pengembangan dan pengelolaan SDM riset komprehensif di Indonesia.

Indonesia menurut ALMI membutuhkan jajaran SDM riset yang tidak hanya bergelar tertentu, tetapi berkapasitas sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan bagi pengembangan sains dan teknologi.

(can/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER