Covidum, Julukan Cacing Beracun untuk Menghormati Korban Covid-19

CNN Indonesia
Senin, 07 Feb 2022 21:00 WIB
Tim peneliti menyebut banyak dari jenis cacing ini menyelinap ke seluruh dunia lewat tanaman-tanaman yang dikirim antar negara.
Ilustrasi cacing pipih martil. (Foto: Dok. Swedish Museum of Natural History)
Jakarta, CNN Indonesia --

Peneliti menemukan cacing pipih martil yang dapat menyebabkan kerusakan ekologi pada lingkungan yang bukan tempat mereka berasal. Cacing tersebut dijuluki "covid".

Seperti diketahui, pandemi Covid-19 telah menginfeksi dunia selama dua tahun terakhir dan mengganggu kehidupan manusia mulai dari cara bekerja, interaksi dengan lingkungan sekitar, hingga cara bertemu keluarga dan teman, semuanya telah berubah secara drastis selama pandemi berlangsung.

Pemberian nama ini sebagai salah satu cara untuk menghormati mereka yang menjadi korban pandemi covid-19, para peneliti menamai spesies cacing pipih martil yang baru ditemukan dengan nama humbertium covidum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nama spesifik covidum dipilih sebagai penghormatan kepada banyak korban di seluruh dunia akibat pandemi covid-19. Terlebih, sebagian besar penelitian ini ditulis selama masa lockdown," kata Jean-Lou Justine, Parasitolog dari National Museum of Natural History Prancis.

Cacing pipih martil yang berada dalam genus Bipalium adalah jenis cacing tanah predator dengan kepala berbentuk palu yang khas.

Dilansir dari Science Alert, tim peneliti menyebut banyak dari jenis cacing ini menyelinap ke seluruh dunia lewat tanaman-tanaman yang dikirim antar negara. Sebagian besar di antaranya bahkan menjadi spesies invasif di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Humbertium covidum berukuran kecil, panjang sekitar 3 sentimeter, dan berwarna hitam metalik tanpa garis atau ornamen lain yang jarang ditemukan pada cacing pipih. Cacing ini pertama kali ditemukan di beberapa taman di wilayah Prancis dan Italia.

Para peneliti menggambarkan alat kelamin cacing dengan sangat rinci. Penggambaran ini merupakan metode penting untuk membedakan spesies dan subfamili yang berbeda. Semua spesies cacing pipih bersifat hermaprodit, sehingga proses reproduksinya dapat dilakukan secara seksual atau aseksual.

'Cacing pipih Covid' ini bukan satu-satunya cacing pipih martil yang ditemukan oleh tim. Mereka juga menemukan cacing lain di sebuah pulau di Prancis bernama Mayotte, yang membuat cacing tersebut diberi nama spesies Diversibipalium mayottensis.

Cacing Mayotte juga memiliki panjang sekitar 3 sentimeter dan memiliki bintik biru-hijau yang cantik di atas warna dasar cokelat.

Lebih lanjut, para peneliti menyebut cacing-cacing pipih ini kemungkinan tidak berasal dari Prancis dan Italia. Mereka menggunakan metode pengurutan generasi untuk menganalisis di mana kedua spesies tersebut berada dalam pohon keluarga yang lebih besar.

Berdasarkan metode tersebut, tim peneliti memperkirakan kedua spesies tersebut berasal dari luar negeri, dengan H. covidum dari suatu tempat di Asia, sedangkan D. mayottensis dari Madagaskar.

Mengutip Live Science, cacing pipih Covid kemungkinan bisa ditemukan juga di beberapa negara seperti Rusia, China, dan Jepang.

(lom/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER