Rusia Dikucilkan Internet, Putin Isolasi Informasi di Dalam Negeri
Saat gempuran militer ke Ukraina semakin menjadi-jadi, barikade ruang digital bertubi-tubi menargetkan Rusia. Perusahaan internet global dan otoritas Rusia memilih membatasi akses pengguna masyarakat ke berbagai platform.
Sederet raksasa teknologi beramai-ramai telah menangguhkan aksesnya ke Rusia, di antaranya Tiktok dan Netflix. Sedangkan Facebook dan Twitter memilih memblokir layanan penduduk Rusia.
Apple, Samsung, Microsoft, Oracle, Cisco, dan lainnya telah mundur atau ditarik seluruhnya dari Rusia. Bahkan video game online seperti Minecraft tidak lagi tersedia.
Tindakan tersebut telah mengubah Rusia menjadi negara digital tertutup seperti China dan Iran, yang secara ketat mengontrol internet dan menyensor situs web asing.
Pemisahan Rusia di ruang digital ini adalah ketidakepercayaan Barat, padahal dahulu internet dianggap sebagai alat demokrasi yang akan membuat negara-negara otoriter terbuka.
"Visi internet yang bebas dan terbuka yang berjalan di seluruh dunia tidak benar-benar ada lagi," kata Brian Fishman, mantan direktur kebijakan kontraterorisme di Facebook.
Internet hanyalah salah satu bagian dari isolasi Rusia yang berkembang sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.
Rusia juga sebagian besar terputus dari sistem keuangan global, akses global ke minyak dan gas alamnya, dan maskapai asing tidak terbang di wilayah udara Rusia.
Rusia mengisolasi diri
Tetapi blokade digital menonjol menjadi puncak upaya otoritas Rusia menjinakkan apa yang dulunya dianggap wadah yang terbuka dan bebas.
Isolasi digital juga dianggap melayani kepentingan Putin. Hal ini memungkinkan dia menekan lebih jauh perbedaan pendapat dan informasi yang tidak sesuai dengan pemerintah Rusia.
Di bawah undang-undang yang disahkan minggu lalu oleh Rusia, jurnalis, operator situs web, dan lainnya berisiko kurungan penjara 15 tahun jika memberitakan 'informasi yang salah' tentang medan perang di Ukraina.
"Ini akan terasa seperti kembali ke tahun 1980-an bagi orang-orang yang hidup di era itu karena tiba-tiba informasi kembali ke tangan negara," ujar Alp Toker, direktur NetBlocks, sebuah organisasi London yang melacak internet.
Tanya Lokot, seorang profesor di Dublin City University menilai upaya sensor internet di Rusia telah berkembang selama beberapa dekade terakhir.
Putin mulanya menindak kritik pemerintah dan kantor berita independen online. Rusia kemudian memulai kampanye untuk memasang peralatan sensor, memblokir atau memperlambat akses ke situs web seperti Twitter.
Namun belakangan sejak invasi ke Ukraina dimulai, membuat warga Rusia yang menggunakan internet tetap terhubung dengan dunia yang lebih luas, mendapatkan informasi independen dan membangun karir mereka.
Alexei Pivovarov, yang berhenti dari pekerjaannya di televisi pemerintah hampir satu dekade lalu karena meningkatnya sensor, mengatakan, dia mengalami "kelahiran kedua" ketika dia mulai memproduksi acara berita dan mendistribusikannya di YouTube.
Hampir 3 juta orang mengikuti saluran YouTube miliknya, tempat ia dan tim memublikasikan investigasi dan laporan berita yang tidak tersedia di media pemerintah.
"Saya benar-benar yakin bahwa bagian dari hidup saya ini telah berakhir selamanya, dan saya tidak akan pernah bekerja sebagai jurnalis lagi," ujarnya.
Sekarang pekerjaan itu berisiko menempatkan Pivovarov di penjara atau harus gulung tikar. YouTube yang dimiliki Google pekan lalu memblokir semua akun Rusia untuk menghasilkan uang dari video, dan melarang saluran TV pemerintah Rusia ditayangkan di seluruh Eropa.
Dikutip dari Seattle Times, para ahli memprediksi YouTube bisa menjadi salah satu target yang akan diblokir oleh regulator Rusia berikutnya.
Pivovarov (47) yang tinggal di Moskow, mengatakan dia berencana tetap menyiarkan konten di YouTube meskipun berisiko. Namun dia ragu berapa lama bisa melanjutkan kanal miliknya itu.
"Bagaimana ini bisa berubah di masa depan, terutama jika YouTube akan diblokir, saya tidak tahu," katanya kepada New York Times.
(can/fea)