Pakar Bongkar Siasat Medsos Sunat Konten Perang Rusia-Ukraina

CNN Indonesia
Selasa, 08 Mar 2022 16:20 WIB
Menurut pakar, berbagai platform media sosial sudah menentukan sikap memblokir konten tertentu terkait perang Rusia dan Ukraina.
Demonstrasi di konsulat Ukraina yang ada di Bali. (AFP/SONNY TUMBELAKA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dukungan sejumlah negara pada Rusia dan Ukraina tidak hanya dilakukan dalam bentuk persenjataan, melainkan juga lewat jalur digital. Sejumlah media sosial tampak melakukan langkah yang condong ke salah satu pihak.

Pakar keamanan siber dari CISSReC, Pratama Persadha, menyebut Facebook dan Twitter mulai memberi label pada unggahan yang menyertakan tautan ke media yang terafisiliasi pemerintah Rusia. Hal ini disebut Pratama agar pembaca menyadari apa yang mereka baca.

Selain itu, Facebook juga disebut menghapus jaringan disinformasi pro-Rusia yang menargetkan pengguna di Ukraina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, platform menonton video Youtube dari raksasa teknologi Google juga mulai melakukan langkah serupa di tengah perang Rusia dan Ukraina.

"Minggu terakhir ini YouTube menghapus iklan dari saluran yang dijalankan oleh RT dan jaringan lain yang didukung negara, memblokirnya di Eropa dan membatasi jumlah yang mereka rekomendasikan kepada pemirsa," kata Pratama kepada CNNIndonesia.com, Selasa (8/3).

"TikTok melakukan hal yang sama," imbuhnya.

Saat ini pejabat pemerintah Ukraina masih menyerukan agar platform media sosial bisa berbuat lebih banyak untuk mengatasi disinformasi dari Rusia.

Perdana menteri Polandia dan negara-negara Baltik juga mendesak Google, YouTube, Meta (Facebook), dan Twitter mengambil sikap melawan Rusia dengan menghapus akun pemerintah Rusia dan Belarusia, para pemimpin, serta rekan mereka.

Saat ini, meski Tiktok telah menghapus sejumlah konten pro-Rusia, namun masih banyak kalangan yang menganggap TikTok membiarkan konten properang Rusia. Anggapan tersebut salah satunya karena viralnya berbagai video Presiden Rusia Vladimir Putin yang menjelaskan alasan perang mereka.

Di platform tersebut, konten video seperti Presiden Chechnya Ramzan Kyadirov juga viral, dimana video-video semacam itu banyak diblokir ke Facebook, Instagram, dan Youtube.

Algoritma TikTok disebut menyuguhkan video untuk pengguna yang mereka yakini ingin mereka lihat. Di tengah perang yang berkecamuk, video tentang perang populer di kalangan pengguna.

"Dalam delapan hari antara 20 Februari dan 28 Februari, penayangan video yang ditandai dengan #ukraine melonjak dari 6,4 miliar menjadi 17,1 miliar, dengan 1,3 miliar penayangan sehari, atau 928.000 penayangan per-menit," jelas Pratama.

"Konten yang diberi tag #Украина, Ukraina dalam bahasa Sirilik, hampir sama populernya, dengan 16,4 miliar penayangan per 28 Februari," imbuhnya.

Lebih lanjut Pratama menjelaskan sejauh ini profil pro-Ukraina mendominasi wacana di TikTok. Banyak video TikTok Ukraina yang paling viral telah dibagikan Marta Vasyuta, warga Ukraina berusia 20 tahun yang saat ini tinggal di London.

Vasyuta disebut memanfaatkan lokasinya di London untuk membantu rekaman dari Ukraina dan menghindari algoritma yang hanya mendorong konten tersebar secara lokal. Sampai akhirnya dia diblokir oleh TikTok.

(lom/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER