Ukraina Kumpulkan Relawan Hacker Serang Situs Pemerintah Rusia

CNN Indonesia
Kamis, 17 Mar 2022 06:48 WIB
Ilustrasi hacker. (iStock/gorodenkoff)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ribuan hacker amatir dari berbagai negara dilaporkan tengah bersatu menyerang Rusia. Mereka bekerja sama untuk tujuan meruntuhkan situs pemerintah dan keuangan Rusia.

Langkah para hacker tersebut merupakan respons terhadap invasi yang dilakukan Rusia pada Ukraina.

'Tentara IT' Ukraina ini pertama kali diumumkan oleh Wakil Perdana Menteri Ukraina, Mykhailo Fedorov dalam sebuah cuitan pada Sabtu (26/2).

"Kami membuat pasukan IT. Kami membutuhkan talenta digital. Semua tugas operasional akan diberikan di sini: https://t.me/itarmyofurraine. Akan ada tugas untuk semua orang. Kami terus berjuang di lini siber. Tugas pertama akan ada di saluran untuk spesialis siber," katanya dalam cuitan tersebut.

Menurut Netblocks, sebuah perusahaan yang memantau konektivitas internet global, tentara IT ini telah berhasil merusak layanan website Rusia.

Netblocks menyebut ketersediaan situs Kremlin dan Duma yang merupakan majelis parlemen Rusia telah hilang sejak invasi dimulai. Kemudian situs layanan media milik negara, beberapa bank, dan raksasa energi Gazprom juga menjadi sasaran aktivitas tentara IT ini.

"Serangan crowdsourced telah berhasil mengganggu pemerintah Rusia dan situs media yang didukung negara," kata Alp Toker, direktur NetBlocks.

Toker juga mengatakan Rusia telah berusaha mengurangi serangan dan mencegah hacker dengan menyaring akses ke situs web tertentu, yang telah menyebabkan gangguan lebih lanjut.

Seorang hacker yang menggunakan nama Kali menjadi bagian dari 300 ribu orang yang mendaftar di grup yang diberi nama 'IT Army of Ukraine'. Kali menyebut dirinya ingin menolong dan membantu Ukraina dengan skill yang ia miliki.

"Saya dari Swiss, tetapi saya seorang peretas yang kuat dan saya sangat sedih untuk setiap orang Ukraina. Saya melakukannya karena saya mendukung Ukraina dan saya ingin membantu. Saya pikir jika kita meretas infrastruktur Rusia, mereka akan berhenti, mungkin, karena tidak ada yang akan berfungsi lagi," katanya, seperti dikutip dari The Guardian.

(lom/fea)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK