Dampak 'Harta Harun' Rare Earth Dikeruk Bertahun-tahun di RI
Kandungan logam tanah jarang (LTJ) yang dianggap sebagai "harta karun" ramai dibahas karena materialnya bisa digunakan untuk berbagai pembuatan komponen di antaranya bahan baku baterai mobil listrik. LTJ masuk dalam kelompok golongan mineral logam. Apa manfaat sebenarnya dari kandungan logam tanah jarang itu?
Pesatnya perkembangan teknologi saat ini, mengharuskan perusahaan untuk menggali apa yang disebut sebagai elemen tanah jarang (LTJ). Kandungan LTJ berlimpah di lapisan kerak bumi. Sifat LTJ memiliki konsentrasi mineral yang rendah, dan ketika ditemukan, mereka sulit untuk dipisahkan dari unsur-unsur lain.
Perusahaan teknologi seperti Apple dan Tesla serta pembuatan lampu LED membutuhkan logam tanah jarang ini.
Berbagai studi menegaskan permintaan untuk elemen-elemen ini diproyeksikan akan melonjak di tahun-tahun mendatang seiring dengan semakin banyaknya pemerintah, organisasi, dan individu yang berinvestasi dalam energi bersih. Permintaan logam tanah jarang disebut dapat meningkat enam kali lipat pada tahun 2040.
Sementara permintaan litium dan kobalt dapat meningkat sepuluh hingga dua puluh kali lipat pada 2050 karena kebutuhan bahan baku mobil listrik.Sedangkan permintaan disprosium dan neodymium diperkirakan meningkat tujuh hingga dua puluh enam kali selama 25 tahun ke depan sebagai akibat dari kendaraan listrik dan turbin angin.
Ini yang menjadi momok bagi lingkungan sekitar. Berikut dampak terhadap lingkungan bila terjadi eksploitasi logam tanah jarang atau rate earth:
Merusak lingkungan
Meskipun jadi buruan sebagian besar perusahaan teknologi, ekstraksi kandungan logam tanah jarang sebagian besar merusak dan mencemari daerah sekitarnya. Ada dua cara penambangan logam tanah jarang, namun keduanya melepaskan bahan kimia beracun ke lingkungan.
Pertama menghilangkan lapisan tanah atas dan membuat kolam pencucian di mana bahan kimia ditambahkan ke tanah yang diekstraksi untuk memisahkan logam.
Bentuk erosi kimia ini biasa terjadi karena bahan kimia melarutkan rare earth. Kolam pencucian yang penuh dengan bahan kimia beracun itu yang dikhawatirkan bisa bocor ke air tanah jika pengolahannya tidak benar.
Kedua melibatkan pengeboran lubang ke dalam tanah menggunakan pipa polivinil klorida (PVC) dan selang karet untuk memompa bahan kimia ke dalam tanah. Hal ini juga bisa menciptakan kolam pencucian dengan masalah serupa. Untuk hal ini, pengelola harus cermat setelah menggunakan pipa PVC terkadang tertinggal di area yang tidak pernah dibersihkan. Kondisi itu sangat membahayakan lingkungan dan kehidupan manusia.
Kedua metode tersebut menghasilkan tumpukan limbah beracun, dengan risiko bahaya lingkungan dan kesehatan. Untuk setiap ton tanah jarang yang dihasilkan, proses penambangan menghasilkan 13 kilogram debu, 9.600-12.000 meter kubik gas buang, 75 meter kubik air limbah, dan satu ton residu radioaktif.
Ini berasal dari fakta bijih unsur tanah jarang memiliki logam yang, ketika dicampur dengan bahan kimia kolam pencucian bisa mencemari udara, air, dan tanah.
Paling mengkhawatirkan, bijih tanah jarang sering dicampur dengan thorium radioaktif dan uranium, yang berbahaya bagi kesehatan. Secara keseluruhan, untuk setiap ton tanah jarang, 2.000 ton limbah beracun dihasilkan.
Beberapa negara seperti China dan Australia menjadi pemasok LTJ tertinggi di dunia. China saat ini mendominasi pasar, menyumbang 85 persen dari pasokan global pada 2016.
Australia adalah produsen terbesar berikutnya yang menyumbang 10 persen pasar, namun nyaris tidak mengurangi monopoli China.
Sebagai perbandingan, pada 2018 China memproduksi 120 ribu ton LTJ sedangkan Amerika Serikat memproduksi 15 ribu ton, menurut laporan PR News Wire.
Baca ke halaman selanjutnya --->>>