Perubahan Iklim Picu Bumi Meredup dan Atmosfer Mengembang

CNN Indonesia
Sabtu, 23 Apr 2022 06:57 WIB
Ahli berhasil mendeteksi fenomena ini usai melakukan pengamatan selama dua dekade dari sebuah fenomena yang disebut "earthshine".
Ilustrasi cahaya Bumi meredup. (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Masalah lain yang menjadi dampak dari perubahan iklim adalah atmosfer Bumi yang meningkat. Melalui pengukuran balon cuaca yang dilakukan di Belahan Bumi Utara selama 40 tahun terakhir mengungkapkan, lapisan terendah atmosfer Bumi yang disebut troposfer telah mengembang ke atas dengan kecepatan kira-kira 164 kaki (50 meter) per dekade, sebut temuan yang terbit di jurnal Science Advances.


"Ini adalah tanda yang jelas dari perubahan struktur atmosfer. Hasil ini memberikan konfirmasi independen, di samping semua bukti lain dari perubahan iklim, bahwa gas rumah kaca mengubah atmosfer kita," kata rekan penulis studi Bill Randel, seorang ilmuwan di Pusat Penelitian Atmosfer Nasional di Boulder, Colorado dikutip Live Science. 


Troposfer adalah lapisan atmosfer tempat kita hidup dan bernapas. Sebagai lapisan atmosfer yang paling banyak mengandung panas dan kelembaban, troposfer juga merupakan tempat terjadinya perubahan cuaca dan iklim.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Udara di atmosfer mengembang saat panas dan menyusut saat dingin, sehingga batas atas troposfer yang disebut tropopause secara alami menyusut dan mengembang seiring perubahan musim.


Tetapi dengan menganalisis data atmosfer seperti tekanan, suhu, dan kelembaban dan memasangkannya dengan data GPS, para peneliti menunjukkan dengan meningkatnya jumlah gas rumah kaca yang memerangkap lebih banyak panas di atmosfer dan tropopause meningkat lebih tinggi dibanding sebelumnya.


Menurut penelitian, tropopause naik sekitar 164 kaki (50 m) per dekade antara 1980 dan 2000. Peningkatan itu naik menjadi 174 kaki (53,3 m) per dekade antara 2001 dan 2020.

Dengan mempertimbangkan peristiwa alam di wilayah studi mereka, para peneliti memperkirakan, aktivitas manusia tetap menyumbang 80 persen dari total peningkatan ketinggian atmosfer.


Peningatan topopause ini disebut dapat memaksa pesawat terbang harus lebih tinggi di atmosfer untuk menghindari turbulensi.


"Studi ini menangkap dua cara penting bahwa manusia mengubah atmosfer. Ketinggian tropopause semakin dipengaruhi oleh emisi gas rumah kaca bahkan ketika masyarakat telah berhasil menstabilkan kondisi di stratosfer dengan membatasi bahan kimia perusak ozon," kata Randel. 

(ttj/mik)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER