Penanganan gangguan internet di ruas Merauke, Papua, baru bisa rampung setidaknya 26 Mei lantaran keterbatasan kapal yang menangani perbaikan kabel serat optik bawah laut.
Diketahui, sejumlah wilayah di Papua tak mendapat pasokan jaringan internet lantaran terputusnya kabel serat optik bawah laut setidaknya sejak Minggu (27/3). Warga pun berburu akses internet di sejumlah fasilitas bisnis.
Misalnya, halaman PT Telkom, pelataran Bandara Mopah Merauke, dan Swiss Belhotel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita ingin secepat mungkin me-recovery layanan di Merauke ini, tapi kita punya keterbatasan kapal," ungkap Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, dalam konferensi pers virtual, Selasa (10/5).
Kapal untuk perbaikan dan pemasangan kabel optik bawah laut itu sendiri adalah Kapal DNEX Pacific Link (DPL).
Selain terbatas, kata Plate, kapal ini mesti lebih dulu menangani gangguan internet pada jaringan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) rute Jakarta-Surabaya. Menurutnya, masalah jaringan ini sudah tuntas pada 6 Mei.
Usai bertugas di lokasi ini, lanjutnya, kapal mesti mengisi bahan bakar serta mengecek kesiapan di Batam, Kepulauan Riau.
"Sehingga kapal tersebut barus bisa available baru setelah dari Batam, diperkirakan menuju ke Merauke-Timika, diharapkan selesai 26 Mei sebelum akhir bulan ini," tutur Plate.
Jika perbaikan itu sesuai target, maka layanan internet di wilayah Merauke, Papua, terganggu selama dua bulan.
Pada kesempatan yang sama, Herlan Wijanarko, Direktur Network dan IT Solution Telkom, menjelaskan kapal DPL akan berlayar dari Batam pada 11 Mei, dan diprediksi baru bisa sampai ke titik perbaikan pada 23 Mei.
"Kalau cuaca aman dalam waktu 3 hari akan selesai. Jadi tanggal 26 Mei sudah me-recovery gangguan SKKL di Merauke," ujarnya.
Dia menduga kabel laut yang putus itu berada di sekitar 270 Km dari Merauke pada kedalaman 60 meter. Soal penyebab gangguan kabel serat optik itu, Herlan menduganya terkait sejumlah faktor. Pertama, kondisi alam dengan banyak gunung berapi bawah laut; kedua, potensi longsor di bawah laut; ketiga, kegiatan nelayan seperti terkena jangkar.
Plate melanjutkan gangguan SKKL ini akan mempengaruhi kualitas layanan telekomunikasi dan berdampak terhadap kualitas layanan akses internet di Papua.
Saat terjadi gangguan SKKL Merauke-Timika, kapasitas kebutuhan traffic diperkirakan mencapai 42 GB. Pihaknya dan PT Telkom Indonesia telah menyiapkan jaringan alternatif sebagai langkah mitigasi.
"Recovery dilakukan dengan memanfaatkan back up link sebesar 3,25 GB. Dari Palapa Ring sebesar 1,25 Gb dan satelit sebesar 2 GB," ungkap dia.
Herlan juga mengakui ada pembatasan pemakaian data internet akibat gangguan itu.
"Selama menunggu [perbaikan] itu kita tetap punya back up dengan prioritas voice Telkomsel-Telkom 100 persen bisa dipakai, data internet kita batasi pemakaiannya," aku dia.
(can/arh)