Rencana pembangunan kereta gantung di kota suci Yerusalem ditentang kalangan internal sejak lama karena berpotensi merusak situs warisan budaya dan warganya.
Sebelumnya, sejumlah warga menggugat rencana pembangunan kereta gantung ini. Mahkamah Agung Israel kemudian menolak gugatan itu dan memutuskan tak mengintervensi rencana tersebut serta mengklaim pembangunan infrastruktur itu sudah sesuai prosedur.
"Apa yang kini tersisa adalah perjuangan publik untuk menyetop rencana gila ini," ujar Hagit Ofran dari lembaga Peace Now yang berbasis di Israel, dikutip dari CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proyek ini direncanakan bakal melalui rute sepanjang 1,4 kilometer dengan empat stasiun dan 15 pilar besar yang akan menjadi pondasi jalur kereta gantung. Pemerintah Israel berdalih infrastruktur itu akan membantu sekitar 3.000 turis dan peziarah berkeliling Yerusalem.
Infrastruktur yang diinisiasi pada 2019 ini sudah jauh-jauh hari mendapat kritik dari berbagai pihak, termasuk dari internal Israel sendiri.
NGO alias LSM The Arab Center for Alternative Planning, dalam studi bertajuk 'The Cable Car Project to the Old City of Jerusalem, Israeli National Infrastructure Plan #86: Disneyland Overrides the Holy Land' Oktober 2020, memperlihatkan sejumlah potensi kerusakan pada lingkungan kota dan bahaya bagi warga.
Dokumen 22 halaman itu mengungkapkan kerusakan itu terdiri dari, pertama, kerusakan pada kaki langit di sejumlah bagian kota, khususnya Kota Lama, karena kabin kereta yang terus menerus bergerak sepanjang hari.
Kedua, kerusakan Lembah Hinom karena lintasan kabin dan infrastruktur kereta gantung yang melintasi lembah.
Ketiga, tingkat kebisingan yang tinggi selama dan pasca-pembangunan kereta gantung, "yang akan menyebabkan kerusakan pada kesehatan dan kualitas kehidupan warga Silwan dan Wadi Hilweh yang rumahnya terletak di rute atau langsung di bawah infrastruktur pendukung dan kabin."
Keempat, radiasi listrik dan elektromagnetik yang tinggi yang berasal dari kabel dan kabin yang menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia.
Kelima, membahayakan keselamatan pengemudi karena kemungkinan gangguan yang disebabkan oleh gerakan kabin dan pantulan radiasi matahari di jalanan.
Keenam, kerusakan estetika dan pemandangan pada kawasan lanskap yang disebabkan oleh dimensi besar dan posisi miring kolom atau tiang kereta gantung.
Diketahui, Kota Lama merupakan bagian inti Yerussalem yang dihuni warga sejak abad 4 sebelum masehi dan dikelilingi benteng. Ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia pada 1981, kota ini terbagi atas empat kawasan, yakni Kawasan Armenia, Kristen, Yahudi, dan Muslim.
The Arab Center for Alternative Planning pun menilai proyek ini bersifat politis dan kepentingan nasional yang bertujuan "untuk lebih menguatkan penyatuan sepihak dan dengan kekuatan antara Yerusalem Barat dan Timur, upaya berkelanjutan sejak 1967."
"Teknologi dan struktur yang diusulkan untuk mengimplementasikan konsep Kereta Gantung itu cukup menyinggung secara fisik, historis, latar belakang tradisional, budaya, dan sosial dari Kota Lama, termasuk penduduknya, tembok dan gerbangnya, Lembah Suci, dan semua komponennya," tulis LSM tersebut.
"Oleh karena itu, rencana ini harus ditolak begitu saja karena tidak familiar, tidak cocok dengan dan mengganggu kota tradisional yang mendasari lingkungan Yerusalem," sambung studi ini.
LSM Israel lainnya, Emek Shaveh, dalam publikasinya pada Januari 2018, menilai proyek ini akan mengancam arsitektur dan lanskap kota Yerusalem.
Pasalnya, pilar-pilar penunjang kereta gantung akan ditanam di beberapa area sakral bagi umat Muslim, Yahudi, dan Kristen. Selain itu, kendaraan pribadi para wisatawan yang parkir juga akan memperparah suasana Yerusalem.
Rute-rute yang akan dilewati kereta gantung antara lain lembah Ben-Hinnom, Kedem Center, dan Kota Tua Yerusalem.
"Menurut rencana ini, jalur kereta akan menjadi arteri yang sangat sibuk karena pergerakan mobil sepanjang tembok Kota Tua di sepanjang hari, di tengah buruknya penampakan lanskap dan pilar serta kabel kereta. Hal itu akan menimbulkan kerusakan parah kepada lanskap Kota Lama dan Lembah Ben-Hinnom," tulis Emek Shaveh.