Bill Gates Olok-olok Kripto, Pakar Sindir Emas dan Karya Seni

CNN Indonesia
Jumat, 17 Jun 2022 18:25 WIB
Merespons olok-olok Bill Gates, praktisi kripto menilai fenomena kripto tak beda dengan karya seni dan emas.
Ilustrasi. Investasi kripto dinilai Bill Gates mengandung unsur penipuan (Foto: CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah pakar dan praktisi menepis pernyataan co-founder Microsoft Bill Gates soal aset kripto sambil membandingkannya dengan karya seni dan emas.

Sebelumnya, Gates mengaku engan berinvestasi pada kripto dan Non-Fungible Token (NFT) karena kedua aset itu hanya berdasar kepada "teori kebodohan" (Greater Fool Theory) karena "seseorang bisa menghasilkan uang dari sesuatu yang tak berharga selama ada orang yang membelinya dengan harga lebih tinggi."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gates memandang aset sebagai sesuatu yang harus punya manfaat. Tapi di dunia ini, aset kan enggak cuma satu jenis," kata Blockchain Security Engineer di Sigma Prime Dimaz Ankaa Wijaya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (17/6).

"Kadang-kadang ini tidak hanya berlaku untuk aset kripto, tetapi juga barang-barang lain. Karya seni misalnya," lanjut dia.

Dimaz pun menyinggung emas yang menurutnya kebanyakan hanya disimpan tanpa ada manfaat konkret.

"Emas misalnya. kebanyakan cuma disimpan. Manfaatnya? hampir tidak ada. Memang, sebagian kecil untuk industri, tapi sebagian besar diapakan?" cetusnya.

Diketahui, karya seni, yang prinsipnya tak memiliki nilai nominal yang pasti, kerap melambung tinggi akibat persaingan harga di pasar lelang. Sementara, emas menjadi salah satu aset investasi karena faktor kelangkaan dan nilanya yang stabil. 

Nilai Sesungguhnya Kripto

Senada, VP Growth Tokocrypto Cenmi Mulyanto mengatakan "Great Fool Theory" yang digaungkan Gates itu tak berlaku terhadap kripto, utamanya Bitcoin, karena punya potensi besar sebagai alternatif layanan keuangan di masa depan.

"Mengapa kita menganggapnya Bitcoin berharga? Oke, Bitcoin hari ini bisa dianalogikan seperti komoditas minyak bumi, tetapi belum bisa digunakan untuk menggerakkan mobil, pesawat, dan lainnya. Minyak bumi adalah adalah komoditas dengan penggunaan dunia nyata yang terbatas, tetapi bermakna," tuturnya, kepada CNNIndonesia.com, Jumat (17/6).

"Sama seperti Bitcoin saat ini penggunaannya masih terbatas, hanya untuk menyimpan tabungan di luar sistem mata uang fiat, transfer uang melintasi perbatasan dan untuk menyelesaikan transaksi besar dengan cepat dan dengan cara yang tidak dapat diubah. Di negara-negara tertentu, ini merupakan terobosan yang dinantikan untuk revolusi layanan keuangan sentralisasi."

Menurut dia, kegunaan kripto saat ini masih terbatas. Namun, nilai utama kripto adalah "memungkinkan uang untuk bergerak dengan kecepatan tinggi dan memungkinkan untuk diadakan secara otonom."

"Investor yang membeli Bitcoin hari ini bertaruh akan ada penggunaan masa depan yang dibangun di atas kemampuan inti ini dengan bantuan teknologi blockchain yang bisa berdampak lebih besar daripada kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini," tutur Cenmi.

Dia menambahkan logika yang mendasari pembelian bitcoin bukan hanya tentang berharap orang yang lebih bodoh membeli aset ini, tetapi membeli aset langka sebelum permintaan berkembang sepenuhnya.

"Perkembangan dunia digital tergolong skeptis pada awalnya. Orang tidak mengira media digital akan menggantikan surat kabar, tidak percaya bahwa iklan digital dapat bersaing dengan media cetak dan TV, dan sangat skeptis bahwa ritel online dapat bersaing dengan toko fisik," terangnya.

"Bitcoin dan teknologi blockchain dalam jalan yang sama untuk menggantikan sistem keuangan tradisional," tambahnya.

Mengutip CNN Business, Gates sebelumnya mengatakan investasi di kripto dan NFT hanya berdasar kepada teori kebodohan.

"Saya terbiasa dengan aset seperti perkebunan di mana mereka punya hasil, atau seperti perusahaan yang memiliki produk," kata Gates.

"Tentu saja, gambar monyet digital yang mahal akan memperbaiki dunia dengan signifikan," imbuhnya, merujuk pada NFT Bored Apes yang dihargai selangit, seperti dilansir The Verge.

Dikutip dari Investopedia, Greater Fool Theory terjadi saat orang mampu menjual sekuritas yang terlalu mahal kepada "orang yang lebih bodoh", terlepas dari apakah aset-aset itu dinilai terlalu tinggi atau tidak. Hal kini terus berlanjut sampai tidak ada lagi orang yang lebih bodoh.

(lom/lth)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER