Sistem pertahanan misil anti-rudal bekerja dengan cara mencegat rudal yang datang, termasuk rudal balistik antar benua (ICBM), dan menghancurkannya sebelum mencapai target.
Pada Minggu (19/6), China mengklaim telah berhasil melakukan uji coba sistem pertahanan misil anti-rudal terbarunya.
Beijing menyebut uji coba tersebut sesuai ekspektasi mereka. Sistem pertahanan anti-rudal tersebut dianggap perlu sebagai sistem intersepsi serangan rudal-rudal dari negara musuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Pertahanan China menegaskan sistem anti-rudal itu untuk tujuan pertahanan dan tidak akan diarahkan ke suatu negara tertentu. China sendiri belum merilis nama dari sistem pertahanan anti rudal ini ataupun rincian bagaimana sistem tersebut bekerja.
Meski demikian, jika melihat sistem pertahanan misil anti-rudal yang telah dimiliki lebih dulu oleh Amerika Serikat (AS), sistem pertahanan misil anti-rudal dapat mencegat dan menghancurkan ICBM yang masuk dengan kecepatan sekitar 24 ribu kilometer per jam, atau sekitar 20 kali lebih cepat dari kecepatan suara.
Misil anti rudal akan terbang ke jalur rudal dan melepaskan perangkat penghancur untuk secara fisik bertabrakan dengan hulu ledak rudal.
Sistem pertahanan yang bernama Ground-based Midcourse Defense (GMD) di AS disebut sangat mahal. Dilansir Arms Control Center, Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) menilai total biaya pengembangan sistem pertahanan ini dapat mencapai sekitar US$53 miliar atau sekitar Rp787 triliun.
Sistem pertahanan anti-ICBM sendiri berbeda dengan sistem pertahanan anti-rudal jarak dekat, seperti program Patriot dan sistem perluru kendali anti-balistik AS (THAAD). GMD disebut memiliki kegunaan yang lebih besar dengan cakupan area yang lebih luas.
Proses awal sistem misil anti-rudal adalah memanfaatkan sensor inframerah yang ada di satelit untuk memonitor lokasi peluncuran rudal lewat panas yang dihasilkan dari peluncuran roket. Setelah peluncuran dilakukan, pelacakan ditransfer ke sistem radar yang membantu memverifikasi lintasan rudal.
Rudal pencegat terdiri dari roket pendorong tiga tahap yang artinya tiga mesin digunakan secara berurutan serta perangkat penghancur yang disebut "kendaraan pembunuh" yang berjalan sendiri setelah pendorong terakhir terpisah.
Dilansir Union of Concerned Scientists, rudal kemudian menggunakan data intersep, kendaraan pembunuh diarahkan menuju titik pencegatan, di mana ia menjangkau target menggunakan sensornya sendiri.
Dari titik tersebut, kendaraan pembunuh menggunakan pendorong kecil untuk menyesuaikan arahnya dan mencoba melacak serta bertabrakan dengan hulu ledak rudal.
(lom/arh)