25 April: Twitter setuju tawaran Elon Musk
Twitter mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk menjual perusahaan ke Musk dalam kesepakatan senilai sekitar US$44 miliar.
Pada pertemuan siang hari, karyawan Twitter mengajukan pertanyaan tentang segala hal mulai dari apa arti kesepakatan untuk kompensasi mereka, hingga apakah mantan Presiden AS Donald Trump akan diizinkan kembali ke platform.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
6 Mei: Tujuan 'mulia' Musk di Twitter terungkap
Musk mengaku ingin meningkatkan pendapatan tahunan Twitter menjadi US$26,4 miliar pada 2028, naik sebesar US$5 miliar tahun lalu, menurut laporan The New York Times.
Untuk mencapai tujuan itu, Musk bermaksud untuk meningkatkan pendapatan berlangganan Twitter dan membangun bisnis pembayaran sambil mengurangi ketergantungan perusahaan pada penjualan iklan.
10 Mei: Musk mengaku akan mengaktifkan kembali akun Trump
Musk mengkonfirmasi akan mencabut larangan terhadap akun mantan Presiden AS Donald Trump jika kesepakatan membeli perusahaan selesai.
"Saya pikir itu tidak benar untuk melarang Donald Trump, saya pikir itu sebuah kesalahan," kata Musk.
"Saya akan membalikkan larangan permanen. Melarang Trump dari Twitter tidak mengakhiri suara Trump, itu akan memperkuatnya di antara yang benar dan inilah mengapa itu salah secara moral dan benar-benar bodoh."
13 Mei: Kesepakatan Twitter 'untuk sementara ditangguhkan'
Musk mentweet bahwa kesepakatan akuisisi Twitter ditunda, senada dengan laporan Reuters hampir dua minggu sebelumnya, membahas tentang pengungkapan terbaru Twitter ihwal jumlah spam dan akun palsu.
"Kesepakatan Twitter untuk sementara ditangguhkan, detail yang mendukung perhitungan bahwa akun spam/palsu memang mewakili kurang dari 5% pengguna," tweet Musk.
Saham situs media sosial itu lantas anjlok setelah pengumuman Musk, turun lebih dari 10 persen pada pembukaan pasar.
Dua jam setelah mengumumkan penangguhan, Musk mengatakan dia tetap akan membeli Twitter, meskipun hingga kini belum ada kejelasanya.
"Masih berkomitmen untuk akuisisi," tulisnya.
Kemudian pada hari itu, Musk mengatakan timnya sedang menguji nomor Twitter dan "mengambil 100 sebagai nomor ukuran sampel, karena itulah yang digunakan Twitter untuk menghitung akun palsu di Twitter.
6 Juni: Musk Ancam pergi
Dalam sepucuk surat kepada kepala departemen hukum Twitter, Musk mengancam untuk tidak membeli platform tersebut, menuduh bahwa Twitter "secara aktif menolak dan menggagalkan hak informasinya" sebagaimana digariskan oleh kesepakatan.
Dalam surat itu, seorang pengacara Musk menuduh perusahaan media sosial itu melanggar perjanjian merger dengan tidak memberikan data yang dia minta soal akun bot spam Twitter.
Twitter disebut memberikan informasi yang kurang, Musk disebut berhak untuk tidak menyelesaikan transaksi dan untuk mengakhiri perjanjian merger.
8 Juli: Musk ingin kabur dari proses akuisisi
Musk ingin mengakhiri perjanjian akuisisi Twitter. Seorang pengacara yang mewakilinya dalam sebuah surat perusahaan tersebut mengklaim Twitter melanggar beberapa ketentuan dari kesepakatan.
Perusahaan dianggap gagal memberikan semua data yang Musk inginkan, seperti penghitungan jumlah spam dan akun palsu di platform.
"Selama hampir dua bulan, Mr. Musk telah mencari data dan informasi yang diperlukan untuk 'membuat penilaian independen terhadap prevalensi akun palsu atau spam di platform Twitter,'" bunyi surat itu.
Musk menilai informasi ini sangat penting bagi kinerja bisnis dan keuangan Twitter, dan diperlukan untuk menyempurnakan transaksi yang dimaksud dalam Perjanjian Penggabungan Twitter.
Sementara, ketua dewan direksi Twitter Bret Taylor mengaku tetap berkomitmen pada proses akuisisi sekaligus akan menggugat Musk jika membatalkannya.
"Dewan Twitter berkomitmen untuk menutup transaksi pada harga dan persyaratan yang disepakati dengan Mr Musk dan berencana untuk mengambil tindakan hukum untuk menegakkan perjanjian merger," kata dia.