Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengklaim pihaknya telah menekan angka kematian jemaah haji risiko tinggi dari 25 hingga 30 persen dari tahun sebelumnya.
Hal itu dikarenakan teknologi wearable berupa gelang (wristband) yang dipakai para jemaah yang dilengkapi aplikasi TeleJemaah.
"Dengan demikian (tingkat kematian jemaah) kalau enggak salah jadi tinggal 25 atau 30 persen yang wafat dibandingkan dengan sebelumnya," kata Budi di acara YouTube Health, Rabu (10/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wristband yang dipakai jemaah adalah sensor dan alat yang menempel di tubuh manusia, yang bisa dimanfaatkan untuk memantau kondisi kesehatan secara terkini atau realtime. Biasanya dalam bentuk jam pintar atau smartwatch.
Berdasarkan data dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag, ada 88 jamaah wafat hingga Rabu (10/8). Sementara itu, jumlah jamaah wafat pada musim haji 2019 mencapai 473 orang yang terdiri dari jamaah haji reguler dan haji khusus.
Budi menuturkan, mayoritas penyebab meninggalnya jemaah haji adalah serangan jantung dan gangguan pernapasan. Alat wristband yang dipasangkan ke jemaah pun berfungsi untuk memantau dua hal tersebut.
"Sehingga kalau ada (gangguan kesehatan) langsung si klinik (Kemenkes di Mekkah) tahu," tuturnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data pemerintah, total keberangkatan haji dari Indonesia tahun 2022 sebanyak 100.051 orang. Data Kemenkes mengatakan ada 63,25 persen jemaah risiko tinggi yang diberangkatkan.
Dia mengatakan terkadang orang yang sudah tua itu kerap lupa kondisi kesehatan, saking semangatnya tawaf, dan berpanas-panasan di Arafah, sehingga lupa kondisi denyut jantung.
"Kalau kita sudah tau duluan bisa kita langsung tarik yang bersangkutan dan (langsung) dirawat," tuturnya.
Terpisah, Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menilai jemaah risiko tinggi ketika pelaksanaan haji 2022 terkendali. "Ahamdulillah kalau melihat pelaksanaan secara umum, itu untuk pemantauan kesehatan terkendali," kata Syahril.
"Akhirnya sekian jemaah risiko tinggi itu bisa terpantau," sambung dia.
Sebelumnya, Kemenkes pada Juni lalu membekali wristband untuk jemaah haji Indonesia dengan risiko kesehatan yang tinggi. Wristband itu berbentuk seperti jam pintar atau smartwatch
Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana mengatakan dari 100.051 calon haji, 3.000 jemaah yang berisiko tinggi dipasangi wristband. Wristband ini berfungsi sebagai 'alarm pertolongan' yang terhubung dengan aplikasi TeleJemaah pada smartphone masing-masing jemaah haji.
Telejemaah bisa memudahkan jemaah jika membutuhkan bantuan darurat dengan akurasi kurang lebih 4 meter. Sejauh ini, aplikasi TeleJemaah baru tersedia untuk ponsel Android.
Terdapat 12 item di dalam menu TeleJemaah yang bisa digunakan jemaah haji, yakni Input Data Kesehatan, Informasi Vaksinasi, Informasi Obat yang Dibawa, riwayat Pemeriksaan, tabel Data Kesehatan, Kontak Petugas, Informasi kesehatan, serta prakiraan cuaca.
(lth)