Hujan meteor Perseid 2022 telah tuntas pada akhir pekan lalu, berbarengan dengan Bulan Purnama. Kehadiran Bulan purnama berdampak pada redupnya fenomena hujan meteor Perseid.
Akan tetapi, para pemburu bintang ternyata tetap bisa menangkap fenomena tersebut dengan baik. Mengutip Space, beberapa di antaranya membagikan tangkapan kamera mereka terhadap hujan meteor Perseid di Twitter.
"Bola api Perseid, saya lihat kemarin malam dari Oxfordshire," tulis seorang pengamat bintang, Mary McIntyre di akun twitternya. "Jejak ionisasinya sungguh luar biasa," tulis dia lagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hujan meteor Perseid merupakan salah satu hujan meteor dengan penampakan yang terbaik. Namun di tahun ini, fenomena itu hadir berbarengan dengan Bulan Purnama.
Hal tersebutlah yang sempat mengkhawatirkan para pemburu foto hujan meteor. Pasalnya, sedikit saja cahaya dari Bulan bisa meredupkan jejak hujan meteor.
Fotografer China, Wu Zhengjie yang bekerja untuk VCG dan Getty Images tetap berhasil menangkap fenomena hujan meteor Perseid dengan baik. Ia memilih lokasi di perbukitan gurun Eboliang Yardang di daerah Mongolia dan Tibet.
#Perseid peak night. It's something, I guess. The full Moon made this bright, and we were lucky to get any clear skies being under a cutoff low in any case. Fireballs avoided most of my cameras, but I got them with the 8 mm fisheye. Two -4 mag, one -3 mag Perseids. @ThePhotoHour pic.twitter.com/rbU45Npm5Q
— Jure Atanackov (@JAtanackov) August 13, 2022
Fotografer lain yang juga beruntung adalah Veysel Altun dari Anadalou Agency dan Getty Images. Ia mengambil foto hujan meteor Perseid dari daerah Samsun, Turki.
Di Indonesia, hujan meteor Perseid bisa disaksikan pada 13-14 Agustus akhir pekan lalu. Hujan meteor ini disebut dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia pada pukul 11 malam di Indonesia bagian barat dan pukul 1 pagi di Indonesia bagian selatan.
Melansir Live Science, hujan meteor Perseid merupakan salah satu hujan meteor yang paling terkenal. Biasanya, ia terjadi antara Juli dan Agustus ketika cuaca hangat di Bumi bagian utara.
Waktu-waktu tersebut biasanya digunakan untuk berkemah, api unggun, dan mengamati langit. Hujan meteor Perseid menjadi yang paling terkenal karena waktu untuk mengamatinya bertepatan dengan cuaca hangat.
"Itu benar-benar karena hujan meteor tersebut merupakan puncak bagi para peneliti di Bumi bagian utara. Hujan meteor lainnya terjadi pada musim gugur atau dingin bagi Bumi belahan utara," ujar Robert Lunsford dari American Meteor Society.
(lth/lth)