Senapan angin dipakai oleh oknum jenderal TNI untuk menembak sejumlah kucing di Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI. Kenapa itu bisa mematikan bagi beberapa satwa?
Kasus ini mulanya diungkap di akun Instagram komunitas pencinta kucing @rumahsinggahclow. Enam kucing setidaknya menjadi korban. Salah satunya masih hidup dan dibawa ke klinik.
Usai viral di media sosial, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa memerintahkan pengusutan kasus ini. Terungkap, Brigjen TNI NA, anggota organik Sesko TNI, sebagai tersangkanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
TNI mengungkapkan penembakan itu dilakukan NA dengan menggunakan senapan angin milik pribadi Selasa (16/8) pukul 13.00 WIB. Alasannya, menjaga kebersihan dan kenyamanan di lingkungan tempat tinggal dan tempat makan Perwira Siswa Sesko TNI.
Dikutip dari Gun Digest, senapan angin modern memakai udara atau gas bertekanan tinggi untuk mendorong proyektil dengan kecepatan yang cukup tinggi untuk melubangi target.
Dari mana sumber tenaganya?
Senjata jenis ini pada prinsipnya mengubah energi mekanik menjadi energi kinetik. Ketika Anda mengokang senapan angin, Anda berarti menekan pegas atau piston gas. Energinya tersimpan sampai Anda menekan pelatuknya.
Saat Anda menembak, pegas atau piston yang terlepas menciptakan kolom udara terkompresi yang diarahkan ke ruang untuk menggerakkan pelet alias peluru, yang biasanya berbahan timah.
Tampak sederhana dan murah untuk dibuat. Namun, jangan salah, perusahaan besar seperti Sig Sauer membuat versi premium senapan angin, seperti Sig Air ASP 20 yang memiliki presisi dan akurasi yang ekstrem.
Senapan angin lainnya memanfaatkan pasokan udara sekali pakai, seperti yang dibuat oleh Umarex dan Sig Sauer yang menggunakan wadah CO2 12 gram untuk mengalirkan udara bertekanan.
Kebanyakan senjata jenis ini akan memberi Anda 30 hingga 50 tembakan pada satu silinder. Demi penampilan, banyak yang mengemas silinder CO2 dan pelet ke dalam magasin ala senjata api betulan.
Contohnya, Sig Sauer MPX Air dan MCX Air yang menggunakan silinder CO2 88 atau 90 butir yang lebih besar.
Keuntungan dari kekuatan CO2 adalah Anda dapat menembak dalam mode semi-otomatis. Banyak pula yang menyertakan slide bolak-balik. Namun, dayanya akan terbatas karena tekanan udara rendah.
Senapan angin bertenaga udara pra-pengisian (PCP) memiliki keistimewaan berupa silinder cadangan udara yang bisa diisi ulang. Fitur ini biasanya terbuat dari serat karbon berbobot ringan. Tekanan yang ditampungnya mencapai 3.000 hingga 3.600 psi.
Penyaluran tekanan yang konsisten ini menghasilkan akurasi yang lebih baik.
Kenapa senapan ini tetap harus diwaspadai?
Dalam artikel berjudul 'Homicide Using an Air Weapon', Chief Resident Emergency Medicine at Rush University Medical Center Benjamin Mogni dan Sarah Maines dari Kantor Pemeriksa Medis Kentucky, AS, senapan angin dapat menyebabkan cedera mematikan meskipun luka luar tampak tidak mematikan.
"Orang dewasa harus mengawasi anak-anak menggunakan senapan angin," tulis mereka dalam jurnal di National Library of Medecine.
"Senjata apa pun yang dapat menembus perikardium (jaringan tipis yang mengelilingi jantung) dari jarak 20 m tidak boleh dianggap sebagai mainan," lanjut keterangan itu.
Berdasarkan kajian literatur, ada tiga kasus pembunuhan dengan senapan angin di Amerika Serikat dengan salah satunya melibatkan cedera pada dada. Dalam kasus itu, pelaku memakai pelet diabolo untuk menembus dada.
Jalurnya melalui tulang dada, menembus kantung perikardial anterior, melubangi ventrikel kanan, yang menyebabkan efusi perikardial (penumpukan cairan selaput pembungkus jantung).
"Penyebab kematiannya adalah luka tembak tembus di dada yang kemungkinan besar mengarah ke tamponade (tekanan akibat akumulasi cairan di perikardium) jantung," jelas keduanya.
Kasus ini menunjukkan beberapa karakteristik penting dari trauma tembus dada dari senapan angin: pertama, senapan angin, dengan kecepatan keluar hingga 1200 kaki per detik (365,76 meter per detik), dapat mematikan.
Salah satu yang 'menipu' dari senapan angin ini adalah ketiadaan jelaga sisa tembakan di sekitar luka. Ini membuat petugas tak bisa membedakan antara luka yang ditimbulkan dari jarak dekat atau jarak jauh.
"Petugas unit gawat darurat tidak boleh meremehkan cedera akibat senapan angin, karena trauma luar mungkin tampak minimal meskipun kerusakan internal yang luas," tandas Mogni dan Maines.
(tim/arh)