Para peneliti mengklaim karena radar dalam mode pasif dan tidak memancarkan sinyal, akan sulit bagi musuh untuk menemukannya.
Karena sulitnya mengganggu sinyal inframerah dengan teknologi saat ini, perangkat akan memiliki peluang yang jauh lebih baik untuk bertahan dari peperangan elektronik.
Dikutip SCMP, radar inframerah jarak jauh lainnya yang dibuat oleh para ilmuwan di Institut Optik, Mekanika, dan Fisika Halus dari Akademi Ilmu Pengetahuan China di China timur laut dilaporkan mendeteksi sinyal panas pesawat dari jarak 225 kilometer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada malam yang cerah, perangkat dapat mendeteksi dan melacak Stasiun Luar Angkasa Internasional pada jarak lebih dari 1.000 kilometer, dikutip News track live.
Menurut para ahli militer banyak variabel seperti cuaca, suhu latar belakang atmosfer, sudut pandang mesin pesawat, dan teknologi pengurangan panas yang dapat mempengaruhi jangkauan kerja efektif radar panas.
Saat ini sejumlah negara berlomba untuk mengembangkan teknologi inframerah mutakhir yang dapat mempengaruhi hasil perang, termasuk China dan Amerika Serikat.
Inisiatif ini termasuk sistem peringatan dini global berdasarkan satelit orbit rendah dan pesawat terbang yang dapat mendeteksi panas yang dihasilkan oleh senjata hipersonik dari jarak ribuan kilometer, rudal pencari panas hipersonik sekecil mobil.
(can/lth)