Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah ilmuwan dari berbagai negara menjelaskan cara-cara alam hancur atau kiamat. Insiden seperti pemanasan global, hantaman asteroid hingga Matahari padam menjadi cara-cara kiamat menurut ilmuwan.
Sederet fenomena alam disebut para peneliti dapat memicu akhir dari perjalanan Bumi di galaksi Bima Sakti. Mulai fenomena yang disebabkan karena ulah manusia, maupun memang ada potensi dari gerakan di antariksa.
Kemungkinan-kemungkinan ini berdasarkan sejumlah data dan penelitian yang dilakukan para ilmuwan, seperti di antaranya prediksi apabila Matahari padam hingga tak lagi bisa menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh Bumi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian ada juga kemungkinan jika Bumi nantinya akan berhenti berputar. Maka seisi Bumi akan menanggung malapetaka yang dapat menjadi akhir perjalanan Bumi atau bisa dianggap sebagai kiamat.
CNNIndonesia.com merangkum lima cara akhir dari Bumi atau kiamat menurut penelitian ilmuwan.
Bumi Berhenti Berputar
Ahli geologi senior emeritus di Smithsonian's National Air and Space Museum di Washington, DC James Zimbelman mengungkapkan jika Bumi berputar maka akan merobek permukaannya dan mengakibatkan kiamat.
Bumi melakukan satu putaran penuh pada porosnya setiap 23 jam, 56 menit, dan 4,09053 detik. Ini berarti daratan yang kita injak selama ini bergerak sekitar 1.770 kilometer per jam dengan kecepatan rotasi menurun menjadi nol pada kutub.
Apabila planet ini tiba-tiba berhenti, momentum sudut yang diberikan ke udara, air, bahkan bebatuan di sepanjang khatulistiwa akan terus bergerak dengan kecepatan 1.770 kilometer per jam ini.
Jika dianalogikan dalam bentuk keseharian, kondisi ini layaknya sebuah motor bergerak konstan pada kecepatan 100 kilometer per jam, tetapi tiba-tiba menabrak mobil yang parkir di depannya.
Meski motor berhasil terhenti, penumpang dan pengemudi saat itu pasti akan terlempar ke depan akibat momentum berhenti secara mendadak.
Matahari Padam
Salah satu sumber energi Bumi yaitu Matahari disebut terus menerus kehilangan massa atau kehabisan energi. Proses habisnya energi ini akan berlangsung sekitar lima miliar tahun lagi.
Hal itu disebut karena Matahari terus-menerus menghasilkan energi, dan juga terus kehilangan massa. Matahari akan kehilangan sekitar 0,1 persen dari total massanya sebelum mulai mati.
Itu berarti Matahari akan menjadi lebih besar dan lebih dingin pada saat yang bersamaan. Ketika itu terjadi, Matahari yang kita kenal sekarang tak ada lagi.
Seorang astronom di University of California, Santa Cruz Brian DiGiorgio mengatakan ketika 5 miliar tahun itu habis, Matahari akan menjadi raksasa merah.
Matahari akan berubah sebagai raksasa merah yang 2.000 kali lebih terang dari sekarang. Dia akan memasuki fase tersebut setelah membakar sebagian besar hidrogen di intinya.
Pemanasan Global dan Lubang Hitam...
Pemanasan Global
Penelitian yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences berpendapat sudah saatnya manusia mengambil skenario terburuk dampak dari pemanasan global.
Luke Kemp, seorang peneliti dari University of Cambridge. Pusat Studi Risiko Eksistensial di Inggris mengatakan perubahan iklim telah berperan dalam setiap peristiwa kepunahan massal.
Menurutnya, pemanasan global telah membantu menjatuhkan kerajaan dan membentuk sejarah. Bahkan dunia modern tampak beradaptasi dengan ceruk iklim tertentu.
Para ahli memprediksi ada kemungkinan atmosfer dengan sekitar 560 bagian per juta (ppm) karbon dioksida di atmosfer suhu akan beberapa derajat lebih hangat lagi, dikutip Science Alert.
Menurut sebuah studi tentang penilaian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang diterbitkan pada awal 2022, fokus penelitian antar badan pemerintah tidak cukup menangani kiamat yang dipicu pemanasan global.
Hantaman Asteroid
Asteroid juga menjadi cara yang menurut peneliti bisa menjadi kiamat. Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Antariksa BRIN Abdul Rachman menyebut benda langit yang dapat membahayakan kehidupan makhluk di Bumi ialah Asteroid.
Sebab asteroid memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari ukuran kecil sampai yang sangat besar. Ada Asteroid yang memiliki ukuran sampai 132 x 100 x 76 kilometer.
Selain itu, Asteroid merupakan benda langit yang padat seperti batu dengan bentuk yang tidak beraturan. Lalu ia menyinggung fenomena alam seperti melintasnya meteor ke Bumi itu berasal dari pecahan Asteroid.
"Benda langit apa yang bisa membuat petaka di Bumi? Jawabannya adalah benda asal dari meteor tadi yaitu Asteroid," kata Abdul saat acara diskusi virtual membahas Meteor Jatuh dan Bencana di Bumi pada 2020 lalu.
Lubang Hitam
Lubang hitam atau black hole super besar telah ditemukan berada di antariksa. Lubang ini perlahan terus menerus memakan benda langit seukuran Bumi setiap detiknya.
Para astronom menemukan lubang hitam itu tumbuh begitu cepat dan bersinar 7000 kali lebih terang dari seluruh penghuni di Bima Sakti. Mereka juga menyebut lubang hitam tersebut tumbuh paling cepat dalam 9 miliar tahun terakhir.
Lubang hitam itu dinamai SMSS J114447.77.430859.3 atau disingkat J1144. Lubang itu berjarak 7 miliar tahun untuk melahap Bumi.
J1144 memiliki massa 2,6 miliar kali massa Matahari atau 500 kali lebih besar dari Sagitarius A, lubang hitam terbesar di Bima Sakti.
Biasanya lubang hitam tidak dapat dilihat karena tidak memancarkan cahaya. Namun para astronom dapat melihat lubang hitam karena gravitasinya yang kuat menarik materi menuju cakrawala.
Kemampuan J1144 memakan planet terbilang rakus dibanding yang lain, yang membuat pertumbuhannya sangat masif. Para ilmuwan menduga, bencana kosmik yang katastropik menjadi penyebab lahirnya lubang hitam super besar itu.
[Gambas:Video CNN]