Bos Telegram dan Bos WhatsApp Adu Mulut soal Celah Keamanan

CNN Indonesia
Sabtu, 08 Okt 2022 06:31 WIB
Bos Telegram dan Bos WhatsApp saling serang soal celah keamanan masing-masing app lawannya sambil menyinggung 'alat pengawasan'.
Bos Telegram Pavel Durov menyindir kelemahan keamanan WhatsApp. (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Telegram dan WhatsApp, dua aplikasi pesan terbesar dunia, saling menyerang celah keamanan masing-masing lawannya dengan menyinggung masalah penggunaan data pribadi dan alat pengawasan.

Mulanya, pendiri Telegram Pavel Durov menuding WhatsApp sudah menjadi alat pengawasan selama 13 tahun lantaran masalah keamanan yang selalu saja ada tiap tahunnya yang membahayakan data pengguna.

"Saya tidak mendorong orang untuk pindah ke Telegram. Dengan 700 juta+ pengguna aktif dan 2 juta+ pendaftaran harian, Telegram tidak memerlukan promosi tambahan. Anda dapat menggunakan aplikasi perpesanan apa pun yang Anda suka, tetapi jauhi WhatsApp, itu sekarang menjadi alat pengawasan selama 13 tahun," kicau Durov di kanal Telegram-nya, dikutip dari Business Today, Sabtu (8/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan peretas dapat memiliki akses penuh ke semua data yang ada di ponsel pengguna WhatsApp karena masalah keamanan yang diungkapkan platform tersebut pekan lalu.

"Yang mesti dilakukan hacker untuk mengendalikan ponsel Anda adalah mengirim video berbahaya atau memulai panggilan video dengan Anda di WhatsApp," ucap Durov.

Bahkan, kata dia, memperbarui WhatsApp ke versi terbaru tak akan membuat data mereka aman.

Dia mengungkapkan masalah keamanan WhatsApp yang ditemukan pada 2017, 2018, 2019, dan 2020. "Sebelum 2016, WhatsApp tidak punya enkripsi apa pun sama sekali," ucapnya.

"Tak peduli jika Anda orang terkaya di Bumi, jika Anda menginstal WhatsApp di Hp, semua data dari semua app di gawai Anda bisa terakses, seperti yang Jeff Bezos (bos Amazon) temukan di 2020," lanjut Durov.

"Itulah kenapa saya menghapus WhatsApp dari gadget-gadget saya bertahun-tahun lalu. Menginstalnya berarti menciptakan pintu ke ponsel Anda," tuding dia.

Setiap tahun, pihaknya mempelajari beberapa masalah di WhatsApp yang membahayakan semua yang ada di perangkat penggunanya.

"Yang berarti hampir pasti bahwa celah keamanan baru sudah ada di sana. Masalah-masalah seperti itu hampir tidak disengaja - mereka ditanam di pintu belakang. Jika satu backdoor ditemukan dan harus dilepaskan, satu lagi ditambahkan," urainya.

Diketahui, WhatsApp memecat penasihat keamanan mereka pada September untuk kemudian merilis perbaikan untuk kerentanan yang memungkinkan peretas menanam malware di perangkat seseorang saat mereka melakukan panggilan video.

Merespons serangan Durov, pimpinan WhatsApp Will Catchart balas mengungkap kelemahan Telegram yang menurutnya tak memiliki enkripsi ujung-ke-ujung (end-to-end encryption).

"Saya tidak akan menggunakan Telegram untuk keperluan pribadi. Tak seperti WhatsApp, Telegram tidak memiliki enkripsi end-to-end default dan tidak ada cara untuk mengaktifkannya untuk grup. Itu berarti Telegram memiliki salinan pesan Anda, dan itu membuat saya risau," kicaunya di Twitter.

Catchart juga menilai serangan Durov ini sebagai "disinformasi". 

"Saya juga tidak percaya sedetik pun bahwa Pavel membuat tudingan-tudingan ini tanpa niat untuk membesarkan aplikasinya. Sangat sedih melihat Telegram mencoba dan menggunakan disinformasi sebagai taktik untuk meningkatkan pertumbuhan mereka," urai dia.



(tim/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER