Gas Air Mata Bisa Sebabkan Kematian, Kasus di Mesir Jadi Bukti

CNN Indonesia
Rabu, 12 Okt 2022 17:30 WIB
Gas air mata ternyata bisa menyebabkan korban jiwa. Hal itu terjadi di Mesir 2014 silam.
Para polisi saat menembakkan gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10). Foto: ANTARA FOTO/ARI BOWO SUCIPTO
Jakarta, CNN Indonesia --

Mata sejumlah suporter Arema masih merah karena dampak gas air mata yang ditembakkan polisi di laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10) di Stadion Kanjuruhan. Tembakkan gas air mata di laga itu memicu desak-desakkan suporter yang akhirnya membuat 132 orang tewas.

Raffi Atha Dziaulhamdi (14) adalah salah satu penonton yang terdampak. Mata Raffi masih merah setidaknya hingga 10 hari sejak tragedi tersebut.

Gas air mata memang bisa menimbulkan dampak beragam terhadap tubuh manusia. Hal itu terungkap dalam jurnal yang berjudul Tear gas: an epidemiological and mechanistic reassessment yang dipublikasikan National Library of Medicine.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Paparan dari tembakan gas air mata memproduksi efek kesehatan yang banyak, termasuk efek akut dan kronis," tulis para ahli yang terlibat dalam studi tersebut.

Gas air mata, kendati disebut gas, sebetulnya tidak terbuat dari gas melainkan material solid. Ada zat-zat kimiawi seperti chlorobenzylidene malononitrile (CS), 1‐chloroacetophenone (CN), dan 4‐oxazepine (CR) yang biasa digunakan di dalamnya.

Paparan yang akut terhadap CS biasanya menghasilkan iritasi yang instan di mata, hidung, mulut, kulit dan sistem pernapasan. Efeknya juga akan terasa di kulit seperti gatal, efek tersengat, dan merah-merah.

CS juga bisa berdampak kepada mata yang bisa menimbulkan sensasi terbakar, gatal, blefaropasme (mata terus berkedut), dan lakrimasi atau keluarnya air. Ketika dihirup, CS akan menimbulkan batuk-batuk, rasa tercekik, dan sesak di dada.

Efek ini juga sebetulnya akan terasa jika seseorang terpapar gas CN. Namun "CN lebih signifikan dan berpotensi mengancam nyawa. CN merupakan lakrimator yang lebih beracun daripada CS dan bisa menyebabkan cedera fatal pada kulit," tulis para ahli.

Lebih lanjut, para ahli menambahkan gas air mata yang digunakan untuk menghadapi kerusuhan bisa menimbulkan paparan yang sangat tinggi dan "menimbulkan gejala serius pada sistem pernapasan."

Selain itu, para ahli juga mencatat, paparan gas air mata dalam jarak dekat bisa menimbulkan luka serius pada mata seperti katarak, glaukoma, dan peradangan pada kornea mata.

Di sisi lain, para ahli juga menemukan beberapa laporan tentang luka dan korban yang berkaitan dengan paparan gas air mata di ruang tertutup. "Kematian dan luka pada pernafasan dilaporkan terjadi setelah pelepasan gas air mata di penjara," tulis para ahli.

"Beberapa cedera dan kematian telah dilaporkan terjadi saat pengerahan gas air mata secara masif di Mesir, Turki, Bahrain, dan Brasil. Kasus-kasus itu seringnya diakibatkan dari dampak langsung atau dekat dari gas air mata, yang menyebabkan luka di kepala, mata dan rasa terbakar," tulisnya lagi.

Masih menurut para ahli, mereka menulis "Dokumentasi yang bagus soal kasus kematian ini adalah 37 korban asal Mesir di bus tahanan yang ditembakkan gas air mata,"

Ketika itu, empat polisi Mesir dihukum setelah dinilai bersalah dalam kasus kematian 37 tahanan pada Agustus 2013. Mereka dianggap terlibat dalam pembantaian tak disengaja dan kelalaian ekstrem yang mengakibatkan kematian.

Para tahanan itu meninggal sesak napas ketika gas air mata ditembakkan lewat belakang mobil yang over kapasitas saat membawa mereka.

Kendati memaparkan dampak gas air mata, para ahli mengakui adanya kekurangan dalam riset epidemis dalam hal populasi masyarakat yang terekspos gas air mata dan kelompok rentan.

Hal itu disebabkan banyak hal antara lain perbedaan kondisi di mana gas air mata digunakan. Selain itu ada juga faktor lingkungan sekitar seperti cuaca dan permukaan tanah yang bisa membuat analisa menjadi lebih sulit.

"Situasi ini menjadi lebih kompleks karena riset dari berbagai organisasi militer biasanya masih dirahasiakan. Di saat yang sama, permintaan akses untuk informasi itu biasanya ditolak," tulisnya.

[Gambas:Video CNN]

(lth/lth)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER