Menkominfo Ungkap Prediksi Ngeri Tren Startup, Ada Solusi?

CNN Indonesia
Jumat, 02 Des 2022 10:24 WIB
Menkominfo Johnny G. Plate meramalkan nasib startup-startup. (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengungkap prediksi soal tren di perusahaan rintisan atau startup di Indonesia tak lama lagi.

"Tolong kita perhatikan baik-baik, saya minta untuk kita perhatikan karena tren layoff ini akan bisa meningkat," cetusnya, saat bicara dalam acara Forum Ekonomi Digital Kominfo (FEDK) ke-5 di Jakarta, Kamis (1/12).

Pernyataan ini muncul mengomentari fenomena yang layoff atau pemutusan hubungan kerja (PHK) yang sedang marak terjadi di perusahaan rintisan tanah air. Pada November, misalnya, ada layoff di startup Ajaib, GoTo, Ruangguru, Sirclo, hingga Ula.

Menurut Plate, PHK memicu masalah baru dan membebani negara.

"Kalau kita bikin layoff kita bikin masalah baru lagi untuk negara kita," ucapnya, yang juga menjabat Sekjen Partai NasDem itu, "Kalau itu kita lakukan, kita menyelamatkan satu persoalan tapi membuat persoalan baru yang lebih besar."

Menkominfo mengungkapkan dalih efisiensi dalam layoff tak selalu tepat. Baginya, ada sejumlah cara lain untuk membuat perusahaan efisien. 

"Setiap kali pada saat terjadi tantangan seperti ini yang dibicarakan dari sisi teori umum ekonomi adalah efisiensi ... Mari kita lihat supaya lebih efisien dalam unit usaha kita masing-masing. Tapi efisiensi tidak sama dengan layoff," ujar Plate.

Dalam acara yang sama, Direktur The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menyebut layoff adalah langkah efisiensi yang paling mudah dilakukan oleh sebuah bisnis.

"Bagi bisnis, layoff adalah paling mudah dilakukan karena dia bisa mencari alternatif baru yang mungkin bisa lebih murah. Itu yang seharusnya dihindari," ucap dia.

Apa solusinya?

Tauhid menjelaskan masih banyak langkah efisiensi yang dapat dilakukan sebuah perusahaan selain layoff, seperti potong gaji direksi, mengurangi cost, hingga pendiri perusahaan tidak menerima kompensasi.

"Efisiensi itu mengurangi cost. Contohnya SEA, R&D naik, manajemen naik, tapi marketing turun. Model kayak tadi, marketing bisa turun, misalnya di banyak tempat biaya R&D bisa turun. Tanpa mengurangi jumlah yang harus di layoff," tuturnya.

"Misalnya, yang paling drastis apakah potong gaji direksi, pendiri tidak menerima kompensasi. Itu perlu dilakukan supaya ketemu angka yang rasional," imbuh dia.

Tak ketinggalan, Tauhid menyarankan "Perubahan struktur jam kerja, mengurangi overhead yang lebih tinggi, termasuk WFH."

Sementara, Direktur Jendral Aplikasi dan Informatika (Dirjen Aptika) Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan menyebut pekerja perusahaan rintisan yang terkena layoff bisa disalurkan ke program talenta digital.

"Kebetulan juga kita sedang melakukan transformasi digital, harapannya mungkin ada jembatan yang kita bisa bangun. Diskusi di dalam mungkin kita akan mendata talenta-talenta yang kemarin terkena layoff, mungkin juga bisa digunakan untuk industri-industri yang lain, mungkin juga bisa dipakai dengan pemerintah," ujar dia.

Lihat Juga :

Meski demikian, Semuel mengakui badai PHK ini merupakan langkah rasionalisasi, salah satunya karena transisi seusai pandemi.

"Kalau kita lihat ada fenomena setelah selesai pandemi ini kan sekarang yang dari online balik lagi ke offline, itu di Ruangguru, jadi mereka harus rasionalisasi. Kalau saya lihat ini masih ada di tahapan rasionalisasi," terang Semuel.

"Tapi kalau secara menyeluruh kita lihat masih dalam tahapan yang bisa diterima perubahan-perubahannya, tidak seperti layoff yang besar-besaran," tambahnya.



(lom/arh)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK