4 Fakta Unik Gunung Semeru: Tertinggi di Jawa, Kerap Aktif Desember

CNN Indonesia
Senin, 05 Des 2022 12:37 WIB
Gunung Semeru, gunung tertinggi di Jawa, kembali aktif di akhir tahun ini. (Foto: ARI BOWO SUCIPTO/ARI BOWO SUCIPTO)
Jakarta, CNN Indonesia --

Gunung Semeru, yang merupakan bagian Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan sedang aktif-aktifnya dalam beberapa hari terakhir, memiliki sederet fakta unik. Apa saja?

Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) menaikkan status Gunung Semeru ke level 4 atau Awas. Hingga Minggu (4/12) malam, 22 kali letusan terjadi.

Gunung yang menjadi salah satu destinasi wisata outdoor tersebut tak berhenti 'batuk' tiap tahunnya. Bahkan, mereka yang biasa 'muncak' ke Semeru tak heran dengan suara ledakan kencang yang kadang terdengar dari kawahnya. 

Untuk lebih lengkapnya, berikut fakta-fakta terkait Gunung Semeru:

Gunung tertinggi di Jawa

Secara administratif TNBTS terletak di antara Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Dikutip situs resminya, secara geografis taman nasional ini terletak pada koordinat antara 7o54'-8o55'13' LS dan 112o51'-113o04'BT. TNBTS berada pada puncak ketinggian antara 750 - 3676 meter di atas permukaan laut (MDPL), yang merupakan puncak tertinggi di Pulau Jawa.

Rajin meletus Desember

Semeru belakangan kerap memuntahkan isi magma di pengujung tahun alias Desember. Hal itu berdasarkan data yang dimiliki Kementerian ESDM selama tiga tahun terakhir.

Pada 2020, Gunung Semeru sempat erupsi pada 23 Desember pukul 15:39 WIB. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi 660 detik.

Pada 2021, erupsi kembali terjadi di Gunung Semeru dimulai pada 4 hingga 31 Desember, dengan intensitas erupsi yang beragam. Puncaknya pada 5 Desember pukul 10.08 WIB. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 37 mm dan durasi 6600 detik.

Pada 2022, erupsi disertai awan panas guguran (APG) terjadi pada Minggu (4/12) pagi. status Gunung Semeru mengalami kenaikan dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas) sejak 4 Desember 2022 pada pukul 12.00 WIB.

Masyarakat pun diimbau tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).

Catatan erupsi sejak 1818

Dikutip situs resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Semeru memiliki catatan panjang sejarah erupsi yang terekam sejak 1818.

Namun, catatan sejarah erupsi Semeru pada 1818 hingga 1914 itu tidak banyak terdokumentasikan. Pada periode 1941-1942, terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan muntahan lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942. Saat itu letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik hingga menimbun pos pengairan Bantengan.

Selanjutnya beberapa aktivitas vulkanik tercatat beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955 - 1957, 1958, 1959, 1960. Tak berhenti sampai di sini, Gunung Semeru termasuk salah satu gunung api aktif yang melanjutkan aktivitas vulkaniknya.

Pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 kilometer di Besuk Kembar.

Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta meter kubik. Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan. Saat itu sawah, jembatan dan rumah warga rusak. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978 - 1989.

PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Pada 2008 tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008.

Karakter letusan 4 kali per jam

Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko. Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru. Sedangkan karakter letusannya, Gunung Semeru bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3 - 4 kali setiap jam.

Lihat Juga :

Karakter letusan vulcanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawan dan lidah lava baru.

Terkait dengan perkembangan erupsi Gunung Semeru, BNPB mengimbau warga untuk tetap waspada dan siaga dengan memperhatikan rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh PVMBG.

BNPB terus memantau dan melakukan koordinasi dengan BPBD setempat dalam penanganan darurat erupsi.

(can/arh)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK