Platform streaming gratisan mengalahkan platform berbasis langganan seperti Netflix dan Disney+ Hotstar dalam hal jumlah penonton.
Hal itu terungkap dari hasil survei Nielsen Streaming Content Ratings atau pengukuran penonton video lintas media untuk TV linear dan streaming seluler, yang dirilis Nielsen Indonesia, Kamis (8/12).
Sebagai catatan, penghitungan rating dilakukan untuk platform-platform tersebut hanya yang berada di perangkat Android dan berbasis aplikasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nielsen menyematkan mobile meters app di perangkat mobile 3.700 individu di 11 kota besar untuk penghitungan rating ini. Selain itu, Nielsen juga menyematkan alat peoplemeter di 11.500 TV untuk menangkap kebiasaan menonton TV sebagai bagian dari penghitungan Streaming Content Ratings.
Dari daftar platform streaming yang dihitung, Nielsen membaginya menjadi dua kategori, yaitu Advertising Supported Video On Demand (AVOD) atau platform streaming gratisan seperti Vidio, RCTI+, Vision+, iQiyi, dan Viu. Sementara, Subscription Video On Demand (SVOD) seperti Netflix dan Disney+ Hotstar.
"Ada macam-macam OTT, yaitu AVOD dan SVOD. AVOD itu OTT yang hidupnya dari iklan, seperti Vidio, RCTI+, kalau SVOD itu harus bayar," terang Hellen.
Menurut data Nielsen, dari total individu yang menjadi sample penghitungan, kepemirsaan AVOD mencapai 5,9 persen, sementara SVOD hanya 3,1 persen.
Yang menarik, model platform berbayar ini tetap mengungguli AVOD atau platform gratisan dalam hal jumlah waktu tonton.
"AVOD jumlah [penonton] tinggi dua kali lipat dari subscription, tetapi kepemirsaan lebih tinggi dari SVOD [dalam hal] lama menontonnya," ucap dia.
"[SVOD] kontennya lebih panjang, kalau dia bayar bulanan dia rugi [jadi] harus dimanfaatkan. SVOD ini dominan kelas atas, mungkin dia enggak mikir beli pulsa ketengan untuk streaming, mungkin didukung WiFi atau broadband di rumahnya," tambahnya.
Namun, waktu tonton SVOD tampak lebih tinggi dengan total waktu tonton 443 jam per bulan, sedangkan AVOD hanya 348 jam per bulan.
Lebih lanjut, Streaming Content Ratings disebut dapat memberikan wawasan tentang platform dan saluran yang ditayangkan melalui perangkat seluler dan disiarkan melalui rating TV linier, termasuk jangkauan audiens, waktu yang dihabiskan, dan profil demografis yang mencakup 11 kota besar di Indonesia.
(lom/arh)