Perusahaan pemilik properti menggugat Twitter karena melanggar kontrak setelah perusahaan tersebut diduga gagal membayar sewa salah satu kantornya di San Francisco, AS.
Dikutip dari CNN, gugatan tersebut terkait kantor Twitter di 650 California Street, AS, yang bukan merupakan kantor pusatnya di Market Street.
Gugatan itu muncul setelah pemberitaan yang menyatakan pemilik baru Twitter, Elon Musk, berhenti membayar sewa ruang kantor Twitter secara global - termasuk untuk kantor pusatnya, serta memberitahu staf untuk tidak membayar vendor perusahaan, Desember 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebijakan Musk, yang mengakuisisi Twitter seharga US$44 miliar, itu dilakukan sebagai usaha untuk memangkas pengeluaran.
Menurut salinan gugatan yang diajukan pekan lalu di Pengadilan Tinggi California, San Francisco, Twitter melewatkan pembayaran sewa kantor senilai US$136.260 (sekitar Rp2,13 miliar).
Pemilik properti itu, Columbia REIT - 650 California, LLC, kemudian memberi peringatan kepada Twitter untuk membayar dalam tempo lima hari kerja dengan ancaman gagal bayar pada 16 Desember.
Perusahaan meminta pengadilan untuk memaksa Twitter membayar sewa ditambah bunga yang belum dibayar ditambah biaya pengacara penggugat.
Seorang juru bicara Columbia REIT, juga dikenal sebagai Columbia Property Trust, menolak berkomentar soal ini.
Di pihak lain, Twitter, yang staf komunikasinya dipangkas oleh Musk, belum merespons permintaan komentar.
Dikutip dari situsnya, Columbia mengawasi puluhan properti kantor di Boston, New York, San Francisco, dan Washington DC.
Daniel Bornstein, seorang pengacara real estate di San Francisco yang mewakili pemilik properti dalam perselisihan penyewa-tuan tanah, mengatakan pengaduan tersebut bisa jadi yang pertama dari banyak aduan sejenis terhadap Musk.
Namun, karena status Musk sebagai salah satu orang terkaya di dunia dan merupakan penyewa yang menguntungkan, Bornstein menduga pemilik properti enggan untuk mendesaknya terlalu jauh.
Jika pemilik ruko berlebihan, ia menduga Musk akan meninggalkan kantor sewaan itu, yang kemudian mengakibatkan kekosongan penyewa yang bahkan terhitung lebih buruk daripada harus mengejar pembayaran sewa di pengadilan.
Dalam gugatan itu, Bornstein menyebut Columbia bisa saja meminta pengadilan untuk mengusir Twitter. Namun, mereka memilih untuk tidak melakukannya. Hal itu menunjukkan bahwa pemilik masih menghargai Twitter sebagai penyewa.
"Apa yang mungkin dilakukan Elon dengan tidak membayar sewa menandakan bahwa dia sebenarnya tertarik untuk menegosiasikan kembali ketentuan perjanjian sewa," kata Bornstein.
Lihat Juga :101 SCIENCE Apakah Santa Claus itu Nyata? |
Carl Tobias, profesor hukum di University of Richmond, mengatakan gugatan itu merupakan konsekuensi alami dari penolakan Musk untuk membayar.
"Litigasi adalah tindakan normal dan diharapkan terjadi ketika penyewa memiliki sewa dan tidak membayar sewa yang diwajibkan oleh kontrak yang sah dengan pemilik," kata Tobias.
"Jenis perselisihan ini sering diselesaikan tanpa memprovokasi litigasi, untuk menghindari biaya litigasi dan publisitas yang buruk," tandasnya.
(tim/arh)