Beredar unggahan soal mainan populer lato-lato alias latto-latto membuat mata seorang anak menjadi buta. Bagaimana seharusnya spesifikasi mainan ini agar aman?
"Assalamualaikum teman-teman. Mau saling mengingatkan yg pada punya anak main lato-lato di awasin yaa. Ini temen ponakan SD kelas 3 main lato-lato kena bola mata pecah akhirnya di angkat dan mata buta sebelah, dah makan korban ya. Waspadalah waspadalah," tulis akun @muhamaddaudabd3 pada Minggu (8/1) sambil melampirkan potret bocah yang tengah terbaring.
Akun ini merupakan salah satu yang mengunggah foto yang sama dengan keterangan serupa. Berdasarkan pemberitaan, kasus sejenis terjadi di Kalbar akibat terkena pecahan bola lato-lato.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlepas dari itu, lato-lato memang tengah menuai popularitas yang banyak dikeluhkan, terutama bunyinya yang berisik.
Saking populernya, orang yang bermain lato-lato dapat ditemui di berbagai tempat, mulai dari kawasan perumahan, tempat wisata, hingga pusat perbelanjaan.
Alih-alih melarang, Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Koentjoro meminta sekolah memfasilitasi dan memperingatkan siswa terkait hobi bermain lato-lato secara aman.
"Bukan sekadar melarang karena berbahaya atau membiarkan saja," kata Koentjoro melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Selasa (10/1) dikutip dari Antara.
"Anak-anak diingatkan bahaya lato-lato bagi diri sendiri dan orang lain serta kapan bisa bermain biar peka terhadap lingkungan," lanjutnya.
Menurut Koentjoro, permainan lato-lato sejatinya memiliki sisi positif yakni mengurangi ketergantungan anak pada gawai.
"Segi positifnya ketergantungan anak pada handphone jadi berkurang. Dulunya waktu untuk main handphone sekarang ke lato-lato," kata dia.
Lato-lato sendiri sebenarnya pernah jadi tren di banyak negara dulu kala dengan nama berbeda. Misalnya, click-clacks, knockers, Ker-Bangers, hingga clankers atau clackers. Di Amerika Serikat (AS), mainan ini sempat populer pada tahun 60-an hingga 70-an.
Dilansir Groovy History, mainan yang mirip dengan bolas, senjata berburu yang digunakan oleh para gaucho di Amerika Selatan, ini berpotensi membahayakan ketika dimainkan terlalu keras.
Pada 12 Februari 1971, The New York Times melaporkan lato-lato menyebabkan "setidaknya empat cedera".
Food and Drug Administration (FDA), kata laporan itu, mengeluarkan peringatan publik kemarin terhadap 'clacker,' mainan yang mengalami lonjakan popularitas yang mirip dengan hula-hoop di tahun-tahun sebelumnya."
Puncaknya, lato-lato 'dinobatkan' sebagai mechanical hazard atau bahaya mekanis oleh Komisi Keamanan Produk Konsumen AS (CPSC).
Menurut laman CPSC, sebuah benda dapat dikategorikan sebagai mechanical hazard dikarenakan beberapa pertimbangan, yakni:
1. Bagaimana isi dan bentuk produk dapat menyebabkan cedera
2. Penanganan, penggunaan, dan penyimpanan produk yang dimaksud
3. Setiap kecelakaan yang mungkin terjadi selama penanganan, penggunaan, atau penyimpanan yang dapat merugikan pembeli, pengguna, atau orang lain, termasuk anak kecil yang mungkin ada di dalam kemasan produk.
Aturan pelarangan lato-lato di AS sendiri tertuang dalam kebijakan federal nomor 1500.18.
Meski demikian, ada pengecualian yang tertuang dalam aturan nomor 1500.86 yang mengizinkan penggunaan lato-lato dengan spesifikasi tertentu.
Salah satu spesifikasi yang disarankan adalah berat masing-masing bola yang tidak mencapai 50 gram. Menurut aturan tersebut, dengan ukuran ini lato-lato tidak akan pecah, retak, atau terkelupas, serta bebas dari retakan.
Selain itu, lato-lato harus bebas dari tepi yang kasar atau tajam di sekitar lubang di mana tali masuk atau di atas permukaan yang mungkin bersentuhan dengan tali.
Kemudian, setiap bola bebas dari rongga internal (lubang, rongga, atau gelembung udara) jika bola terbuat dari bahan selain bahan seperti ABS (acrylonitrile butadiene styrene), nilon, dan polistiren.
Selanjutnya, tali lato-lato harus memiliki kekuatan tarik tinggi yang terbuat dari serat sintetis yang dijahit atau ditenun dengan kekuatan putus sebesar 45 kilogram gaya (kgf).
Sebagai contoh, lato-lato yang aman memiliki ukuran bola masing-masing kurang dari 12 gram dengan jarak jarak pusat poros dan pusat bola tidak lebih dari 18 sentimeter.
Dilansir dari laman eCFR, ukuran ini akan menghasilkan tarikan maksimal sebesar 45 kilogram gaya.
Sudahkah lato-lato yang dijual di Indonesia memenuhi standar-standar keamanan semacam itu?
(lom/arh)