25 Tempat Konsisten Kirim Sinyal ke Bumi, Siapa Mereka?

CNN Indonesia
Kamis, 02 Feb 2023 19:39 WIB
Para pakar mendeteksi 25 titik yang konsisten mengirim sinyal radio FRB ke Bumi. Siapa yang mengirimnya? Titik-titik yang diduga mengirim sinyal FRB yang konsisten. (CHIME/FRB Discovery of 25 Repeating Fast Radio Burst Sources)
Jakarta, CNN Indonesia --

Astronom mengungkap 25 tempat yang konsisten mengirim sinyal radio ke Bumi pada 2019 hingga 2021. Lantas, siapa yang mengirim sinyal ini?

Sinyal radio atau Fast Radio Bursts (FRBs) adalah salah satu fenomena astronomi paling kuat dan misterius saat ini, selain Gelombang Gravitasi (GW) dan Semburan Sinar Gamma (GRB).

Fenomena tersebut terdiri dari letupan yang mengeluarkan energi lebih banyak dalam mili detik daripada yang dikeluarkan Matahari dalam tiga hari.

Kebanyakan letupan itu hanya berlangsung beberapa milidetik. Namun ada beberapa kali fenomenaFRB ditemukan terjadi secara berulang. 

Para astronom belum dapat memastikan apa yang menyebabkan peristiwa itu. Mereka juga memiliki opini yang beragam tentang fenomena tersebut.

Akan tetapi, kolaborasi beberapa observatorium internasional dan berdedikasi meningkatkan jumlah fenomena FRB yang tersedia untuk dipelajari. 

Beberapa observatorium yang terlibat antara lain Canadian Hydrogen Intensity Mapping Experiment (CHIME), sebuah teleskop radio generasi lanjutan yang berlokasi di Dominion Radio Astrophysical Observatory (DRAO) di British Columbia, Kanada.

Peran teleskop itu pun sangat krusial untuk mendeteksi FRB yang sejauh ini telah berjumlah 1000 sumber.

Dengan menggunakan algoritma tipe baru, kolaborasi CHIME/FRB menemukan ada 25 FRB yang berulang dalam data CHIME yang dideteksi antara 2019 dan 2021.

Meski sifatnya misterius, FRB ada di mana-mana dan perkiraan para peneliti menunjukkan sinyal ini sampai di Bumi kira-kira seribu kali sehari di seluruh langit.

Tak satu pun dari teori atau model yang diusulkan hingga saat ini dapat sepenuhnya menjelaskan semua sifat semburan atau sumbernya.

Beberapa diyakini disebabkan oleh bintang neutron dan lubang hitam (oleh kepadatan energi yang tinggi di sekitarnya).

Kemudian, ada teori juga yang menyebut sinyal ini berasal dari pulsar dan magnetar hingga GRB dan komunikasi luar angkasa.

Peneliti Postdoctoral Dunlap dan penulis utama studi Ziggy Pleunis mengatakan setiap FRB dijelaskan oleh posisinya di langit dan kuantitas yang dikenal sebagai Dispersion Measure (DM).

Ini merujuk pada waktu jeda antara frekuensi tinggi dan frekuensi rendah yang disebabkan oleh interaksi semburan dengan material saat bergerak melalui ruang.

Dalam studinya, Pleunis dan rekan-rekannya mengandalkan algoritme pengelompokan baru yang mencari beberapa peristiwa yang terletak bersama di langit dengan DM serupa.

"Kita dapat mengukur posisi FRB di langit dan ukuran dispersi hingga presisi tertentu yang bergantung pada desain teleskop yang digunakan," kata Pleunis, seperti dikutip Universe Today.

"Algoritme pengelompokan mempertimbangkan semua semburan radio cepat yang terdeteksi oleh teleskop CHIME dan mencari kelompok FRB yang memiliki posisi langit yang konsisten dan ukuran dispersi dalam ketidakpastian pengukuran. Kami kemudian melakukan berbagai pemeriksaan untuk memastikan semburan dalam sebuah cluster benar-benar berasal dari sumber yang sama," tambahnya.

Dari lebih dari 1000 FRB yang terdeteksi hingga saat ini, hanya 29 yang diidentifikasi berulang. Terlebih lagi, hampir semua FRB berulang ditemukan berulang dengan cara yang tidak teratur.

Satu-satunya pengecualian adalah FRB 180915, ditemukan oleh para peneliti di CHIME pada 2018 (dilaporkan pada 2020) dan berdenyut setiap 16,35 hari. Dengan bantuan algoritme baru ini, kolaborasi CHIME/FRB mendeteksi 25 sumber berulang baru, hampir dua kali lipat jumlah yang tersedia untuk dipelajari.

Sebagai informasi, CHIME awalnya dirancang untuk mengukur sejarah ekspansi alam semesta melalui deteksi hidrogen netral. Secara khusus, CHIME dirancang untuk mendeteksi panjang gelombang cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh hidrogen netral, yang dikenal sebagai garis hidrogen 21 sentimeter.

Dengan cara ini, para astronom dapat mengukur seberapa cepat Alam Semesta mengembang selama "Zaman Kegelapan" dan membuat perbandingan dengan era kosmologis selanjutnya yang dapat diamati.

Namun, CHIME telah membuktikan dirinya cocok untuk mempelajari FRB berkat bidang pandangnya yang luas dan rentang frekuensi yang dicakupnya (400 hingga 800 MHz).

Kolaborasi CHIME/FRB sendiri terdiri dari astronom dan astrofisikawan dari Kanada, Amerika Serikat (AS), Australia, Taiwan, dan India.

[Gambas:Video CNN]

(lom/lth)
Lihat Semua
SAAT INI
BERITA UTAMA
REKOMENDASI
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
LIHAT SELENGKAPNYA

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

TERPOPULER