Cerita Pakar Cuaca Dunia Kerap Terima Cacian Pegiat Teori Konspirasi
Para ilmuwan di sejumlah badan cuaca dunia ternyata kerap mendapat ejekan bahkan ancaman dari sejumlah pegiat teori konspirasi. Simak kisahnya berikut.
Orang-orang pecandu teori konspirasi kerap menyangka para ilmuwan itu terlibat dalam rekayasa cuaca sehingga menyebabkan daerah tertentu kekeringan atau mengalami bencana. Contohnya diterima para petugas dari Badan Meteorologi Spanyol (AEMET).
Melansir CNN, pelecehan dan ancaman "sering terjadi" terhadap para ilmuwan AEMET. Demikian dinyatakan Juru Bicara AEMET Estrella Guteirrez Marco.
Lihat Juga : |
"Pembunuh. Kriminal. Kami mengawasi Anda," adalah beberapa contoh lontaran ancaman dan ejekan yang diterima para ilmuwan AEMET.
Ancaman tersebut pun baru-baru ini meningkat seiring dengan kekeringan dahsyat yang melanda Spanyol. Saking dahsyatnya, kekeringan telah menyusutkan jumlah air hingga ke taraf yang mengkhawatirkan.
Pada April lalu AEMET tak tinggal diam menanggapi pelecehan itu dengan mengunggah video di Twitter, meminta pelecehan itu diakhiri. Bahkan pemerintah Spanyol juga sampai turun tangan.
Di bulan yang sama, Pakar Meteorologi Isabel Moreno menulis di twitternya bahwa "hujan tidak akan turun di Spanyol" dilengkapi dengan gambar kumpulan hujan yang membentang di seluruh Eropa.
Hasilnya, Isabel mendapat cercaan di media sosial. "Itu adalah salah satu pengalaman tersulit di media sosial dalam hidup saya," kata Moreno, yang tampil di saluran TV Spanyol RTVE. "Saya menerima ratusan tanggapan terhadap (tampaknya) tweet yang tidak menyinggung," kata dia.
Menteri Transisi Ekologi Spanyol Teresa Ribera menulis dukungan untuk para ilmuwan AEMET lewat Twitternya. "Kebohongan, memberikan sayap kepada konspirasi dan ketakutan, ejekan... Ini waktunya untuk berkata cukup," tulisnya.
Di Spanyol, para pengusung teori konspirasi menuding ada campur tangan manusia dalam peristiwa cuaca yang kini terjadi dengan cara memanfaatkan zat kimiawi.
Pada kolom komentar unggahan Twitter AEMET yang berkaitan dengan cuaca ekstrem misalnya, para pengusung teori konspirasi mengunggah gambar langit biru, saling silang dengan jejak putih tipis.
Mereka secara keliru mengklaim bahwa jalur tersebut mengandung campuran bahan kimia untuk memanipulasi cuaca secara artifisial - mencegah hujan turun dan menyebabkan perubahan iklim.
Padahal, teori jejak kimiwai (chemtrails) itu telah ditolak mentah-mentah oleh para pakar. Menurut para pakar, itu hanyalaj jejak pesawat yang melepaskan jejak uap yang disebut contrails, kependekan dari jejak kondensasi, yang terbentuk ketika uap air mengembun menjadi kristal es di sekitar partikel kecil yang dipancarkan oleh mesin jet.
Di Australia hal yang sama juga terjadi. Para para iklim dan meteorologi di Negeri Kangguru mengaku kerap mendapat ancaman dan pelecehan.
Rata-rata, mereka dituduh berlebihan, berbohong, atau bahkan dituduh mengontrol cuaca.
Cerita yang mirip juga terjadi di Prancis ketika para pakar meteorologi dituduh melebih-lebihkan keadaan kekeringan dan panas yang tengah terjadi.
Météo France, badan meteorologi nasional Prancis, mengatakan layanan komunikasi badan tersebut menjadi "objek serangan yang semakin berulang," kata juru bicara Météo France.
"Informasi yang salah tentang iklim di media sosial tersebar luas. Hal itu pun tampaknya meningkat, baik dalam hal jumlah serangan yang ditujukan terhadap publikasi ilmiah, tetapi juga nada penghinaan yang semakin agresif," ujarnya menambahkan.
Erosi Kepercayaan
Dosen bidang Informasi dan Komunikasi Departemen Sains Universitat Oberta de Catalunya Alexandre Lopez-Borrull mengatakan, orang-orang butuh" tren" untuk menggantungkan teori-teori ini.
"Saat Covid-19 memudar dari berita utama, perubahan iklim telah menjadi titik temu yang kuat. Ada peningkatan besar dalam "penghinaan yang diarahkan pada semua organisasi yang terkait dengan cuaca," katanya.
"Ini adalah evolusi logis dari tren yang lebih luas seputar penolakan terhadap institusi, dan erosi kepercayaan," kata Jennie King, Kepala Riset dan Kebijakan Iklim di Institute for Strategic Dialogue.
Konspirasi semacam ini biasanya didasarkan pada gagasan bahwa sekumpulan institusi "menggunakan dalih perubahan iklim, atau dalih memecahkan masalah kebijakan publik, untuk memberlakukan beberapa agenda yang berbahaya," katanya menambahkan.
(can/lth)