Bakteri Bacillus anthracis pemicu penyakit antraks punya struktur spora yang tahan banting terhadap berbagai kondisi ekstrem. Simak kemampuan dahsyat tiap lapisannya.
Sebelumnya, antraks diberitakan menyebar ke puluhan warga di Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Tiga di antaranya meninggal.
Penularan penyakit ini adalah lewat spora, buah perkembangbiakan bakteri itu yang berukuran amat halus berisi satu atau beberapa sel, terutama lewat konsumsi daging hewan yang terinfeksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kalau [hewan ternak] dipotong itu kan bakteri yang ada di darah itu mengalir keluar berubah menjadi spora," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul Retno Widyastuti, Rabu (5/7).
"Spora bisa [bertahan] puluhan tahun 40-80 tahun di tanah," sambungnya.
Kenapa bisa begitu awet bertahan hidup tanpa menempel ke inang hidup?
Peter Setlow dari Department of Molecular Biology and Biophysics, University of Connecticut Health Center, AS, mengungkapkan daya tahan spora, termasuk Bacillus anthracis, terkait dengan strukturnya.
"Struktur spora memainkan peran utama dalam resistensi spora, karena sejumlah lapisan spora memainkan peran khusus dalam resistensi," menurut dia dalam artikel 'Spore Resistance Properties' di ASM Journals.
Ia menuturkan, spora bisa bertahan terhadap sejumlah besar kondisi ekstrem, termasuk pengeringan, pembekuan, pencairan, suhu tinggi baik dalam keadaan basah atau kering, radiasi UV dan Gamma (γ), tekanan tinggi, dan sejumlah besar bahan kimia beracun.
"Selalu, spora jauh lebih tahan terhadap berbagai agen-agen ini daripada sel yang tumbuh dari spesies yang sama," ucap dia.
Secara umum, Setlow memaparkan berbagai faktor yang membuatnya tahan di lingkungan dalam jangka panjang.
Berikut rinciannya:
Tipe agen | Faktor pelindung |
Radiasi UV | Saturasi DNA oleh SASP (Senescence-associated secretory phenotype) tipe α/β; Perbaikan DNA selama perkembangan spora; kandungan air inti rendah; karotenoid di lapisan luar spora. |
Radiasi Gamma | Saturasi DNA oleh SASP tipe α/β; Perbaikan DNA selama perkembangan spora. |
Pengeringan | Saturasi DNA oleh SASP tipe α/β; DPA (Dipicolinic acid, senyawa kimia pada bakteri) |
Panas kering | Saturasi DNA oleh SASP tipe α/β; Perbaikan DNA selama perkembangan spora; DPA; mungkin kandungan ion logam divalen. |
Panas basah | Saturasi DNA oleh SASP tipe α/β; tingkat DPA; kandungan air inti rendah; kondisi sporulasi termasuk suhu; kandungan ion logam divalen; suhu optimum sporulasi. |
Bahan kimia genetoksik | Permeabilitas membran dalam spora yang rendah; saturasi DNA oleh SASP tipe α/β; Perbaikan DNA selama perkembangan spora; kandungan air inti rendah. |
Pengoksidasi | Protein mantel spora; permeabilitas membran dalam spora yang rendah; saturasi DNA oleh SASP tipe α/β; enzim detoksifikasi di lapisan luar spora. |
Dialdehida | Mantel spora. |
Disinfektan | Mantel spora, mungkin korteks dan struktur membran bagian dalam. |
Asam dan alkali | Belum dipahami. |
Plasma | Mantel spora; saturasi DNA oleh SASP tipe α/β; belum dipelajari secara menyeluruh. |
Bakteriovora atau pemangsa bakteri | Mantel spora. |
Lebih jauh, berikut detil peran tiap struktur terhadap kekebalan spora di halaman berikutnya...