Data Paspor Anda Bocor di Internet? Ahli Ungkap 5 Cara Penanganannya

CNN Indonesia
Jumat, 07 Jul 2023 20:10 WIB
Kaspersky mengungkap cara mitigasi bagi korban kebocoran data, termasuk data paspor yang diduga diumbar oleh Bjorka.
Ilustrasi. 34 juta data paspor diduga bocor di internet. (ANTARA FOTO/SYIFA YULINNAS)
Jakarta, CNN Indonesia --

Meski sudah biasa dan memicu kepasrahan massal, kebocoran data pribadi, termasuk data paspor, tetap mesti ditangani dengan segera lantaran bisa memicu kerugian besar.

Sebelumnya, 34 juta data paspor, termasuk nama, Nomor Induk Keimigrasian, hingga tanggal kedaluwarsa, bocor di blog yang diklaim milik pembocor data Bjorka.

Data-data itu dijual senilai US$10 ribu (Rp150 jutaan) dengan sampel yang terkompres sebesar 1 GB. Blog itu kini sudah tak bisa diakses. Namun, kontak penjual datanya sudah kadung terekspos.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha menduga data yang diunggah blog Bjorka ini valid. Hal itu didasarkan pemeriksaan sampel yang dibagikan.

"Data tersebut adalah data valid karena di salah satu baris data di file sample yang dibagikan tersebut juga ada data passport lama saya yang sudah kadaluarsa pada tahun 2011," aku dia.

Respons warga terhadap kebocoran data itu, yang tercermin dari suara-suara netizen, cenderung skeptis dan pasrah. Mereka kadung memaklumi RI sebagai "negara open source" yang tak juga bertindak melindungi data warganya.

Meski begitu, Adrian Hia, Managing Director untuk Asia Pasifik di perusahaan keamanan siber Kaspersky, mengungkap bahaya jadi korban kebocoran data.

"Setiap saat, informasi yang bocor di tangan penjahat siber memungkinkan mereka untuk meniru atau menyebarkan penipuan rekayasa sosial," papar dia, dalam keterangan resminya, Jumat (7/7).

"Dengan data yang terbuka, peretas dapat menghubungi Anda baik online atau offline --mereka dapat mengirimi puluhan pesan pesan, menandai tempat tinggal," imbuhnya.

"Melakukan transaksi keuangan yang melanggar hukum dengan berpura-pura menjadi Anda atau menyimpan data pribadi Anda untuk menjualnya demi keuntungan finansial lebih lanjut."

Di samping itu, Hia menyebut para penjahat siber dapat menjual data yang diduga dicuri tersebut di web gelap.

Lihat Juga :

"Misalnya saja, peneliti kami menemukan bahwa penjahat siber dapat menjual paspor yang dipindai dari US$6 (Rp90 ribuan) hingga US$15 (Rp220 ribuan) di platform gelap," ungkap dia.

Menurutnya, risiko pelanggaran data biasanya berlanjut untuk jangka panjang. "Data terbuka yang digunakan oleh kriminal siber ini dapat mengubah jalan hidup siapa pun."

"Dan bahaya ini tidak hanya terbatas pada sektor pemerintahan atau bisnis karena bahkan individu biasa pun dapat terpengaruh secara parah," ucap Hia.

Terlepas kasus kebocoran data paspor itu masih dalam penyelidikan, Kaspersky merekomendasikan sejumlah langkah antisipasi bagi korban kebocoran data, yakni:

1. Beri tahu orang-orang terdekat tentang kasus ini agar mereka dapat menghindari kemungkinan penipuan menggunakan identitas Anda dan membantu untuk melapor ke pihak berwenang.

2. Informasikan pihak bank atau otoritas lain untuk menutup atau mengganti media identitas yang dicuri, seperti kartu debit/kredit, SIM, kartu Jaminan sosial, atau paspor.

3, Lapor kepada pihak berwenang atau penegak hukum.

4. Jika identitas yang dicuri dipakai pada platform media sosial, laporkan ke medsos itu agar bisa ditindaklanjuti.

5. Ganti semua kata sandi akun yang terkait.

(tim/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER