Lembaga antariksa ini pun akan meluncurkan Misi Plankton, Aerosol, Cloud, ocean Ecosystem (PACE) pada awal 2024 dan misi Geostationary Littoral Imaging and Monitoring Radiometer (GLIMR), yang diperkirakan akan dimulai pada tahun berikutnya.
Kedua misi berbasis satelit itu diharapkan akan membantu para ilmuwan untuk menguraikan cara mengatasi masalah kelautan tersebut.
Misi PACE sendiri akan lebih fokus pada pendeteksian perubahan warna lautan, awan, dan aerosol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Sementara, Misi GLIMR akan mengidentifikasi hal-hal seperti pertumbuhan ganggang yang berbahaya dan tumpahan minyak.
Kedua alat ini diperkirakan akan bekerja sama satu sama lain untuk memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana perubahan iklim mempengaruhi lautan dan organisme di dalamnya.
Kedua misi ini akan menambah lebih dari dua lusin misi terkait iklim yang telah dimiliki NASA di orbit, seperti Orbiting Carbon Observatories 2 dan 3, yang mengukur emisi gas rumah kaca yang berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara terbesar di Eropa pada awal tahun ini.
Di bidang penerbangan luar angkasa, Huy Tran, direktur aeronautika di Ames Research Center NASA menyinggung beberapa teknologi ramah lingkungan dan mekanisme pendorong penerbangan berkelanjutan yang ingin dikembangkan oleh NASA untuk perjalanan udara.
"Tahun lalu, Aeronautics Research Mission Directorate memprakarsai Kemitraan Nasional Penerbangan Berkelanjutan," kata Tran, merujuk pada salah satu organisasi penelitian penerbangan NASA.
"Inisiatif ini memungkinkan kami untuk mempercepat dan membuat kemajuan yang baik dalam penerbangan tanpa emisi pada tahun 2050," sambungnya.
Beberapa ide yang diajukan untuk penerbangan berkelanjutan termasuk pesawat terbang yang sepenuhnya bertenaga listrik dan cara untuk memastikan berkurangnya pembakaran bahan bakar untuk penerbangan komersial.
Tran juga mendiskusikan drone dan pesawat tanpa awak, untuk mengatasi kebakaran hutan tanpa membahayakan nyawa manusia.
(can/arh)