Ahli Deteksi Efek Ngeri Hantaman DART Terhadap Asteroid

CNN Indonesia
Senin, 24 Jul 2023 18:10 WIB
Ahli mendeteksi dampak hantaman misi DART NASA terhadap asteroid. (Tangkapan layar web iopscience.iop.org)
Jakarta, CNN Indonesia --

Teleskop Antariksa Hubble telah mendeteksi dampak mengerikan dari hantaman yang disengaja pertama kali antara pesawat ruang angkasa dan asteroid dalam misi Double Asteroid Redirection Test (DART).

Pada 26 September 2022, pesawat ruang angkasa DART milik NASA menabrakkan diri ke asteroid Dimorphos yang berjarak 11 juta kilometer dari Bumi.

Misi yang bertujuan sebagai uji coba pertahanan Bumi terhadap ancaman asteroid ini berhasil mengubah lintasan asteroid tersebut.

Kini, dengan menggunakan Hubble peneliti mempelajari tabrakan tersebut. Hasilnya, tabrakan DART yang berkecepatan 23.400 km per jam terhadap asteroid menghasilkan lontaran "segerombolan batu-batu besar".

Batu-batu itu berdiameter 0,9 hingga 6,7 meter yang kemungkinan besar terguncang dari permukaan asteroid saat tabrakan terjadi. Para peneliti mempublikasikan temuan mereka pada 20 Juli di Astrophysical Journal Letters.

"Ini memberi tahu kita untuk pertama kalinya apa yang terjadi ketika Anda menabrak asteroid dan melihat materi yang keluar hingga ukuran terbesar," kata David Jewitt, ilmuwan planet di University of California, dikutip dari LiveScience.

"Batu-batu besar itu merupakan benda paling redup yang pernah dipotret di dalam tata surya kita," sambungnya.

Tujuan DART adalah mengubah orbit Dimorphos yang berputar mengelilingi asteroid yang lebih besar, asteroid Didymos yang memiliki lebar 780 meter, paling tidak selama 73 detik.

Namun, wahana antariksa ini jauh melampaui target tersebut; mengubah orbit Dimorphos selama 32 menit.

Ini berarti wahana DART seberat 550 kilogram senilai US$314 juta itu berhasil mendorong Dimorphos lebih dekat ke Didymos dan memperpendek jalur orbit asteroid yang lebih kecil itu.

DART berbentuk kubus dan terdiri dari sensor, antena, pendorong ion, dan dua susunan surya sepanjang 8,5 meter.

Keberhasilan misi ini meningkatkan kemungkinan bahwa metode seperti ini suatu hari nanti dapat digunakan untuk mendorong asteroid berbahaya menjauh dari jalur tabrakan dengan Bumi.

Batu-batu besar, yang membentuk sekitar 0,1 persen dari massa Dimorphos, terlihat melayang menjauh dari asteroid dengan kecepatan lebih dari setengah mil per jam (0,8 km/jam).

"Kira-kira sama dengan kecepatan berjalan kura-kura raksasa," menurut laporan NASA.

"Ini adalah pengamatan yang spektakuler - jauh lebih baik daripada yang saya harapkan," kata Jewitt.

NASA melihat awan batu-batu besar yang membawa massa dan energi menjauh dari target tabrakan.

Jika kita mengikuti batu-batu besar tersebut dalam pengamatan Hubble di masa depan, maka kita mungkin akan mendapatkan cukup data untuk menentukan lintasan yang tepat dari batu-batu besar tersebut.

"Dan kemudian kita akan melihat ke arah mana batu-batu itu diluncurkan dari permukaan," tuturnya.

(can/arh)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK