Geoid rendah terbentuk sekitar 20 juta tahun yang lalu, menurut perhitungan tim. Sulit untuk mengatakan apakah itu akan hilang atau bergeser.
"Itu semua tergantung bagaimana anomali massa di Bumi ini bergerak," kata Ghosh. "Bisa jadi itu bertahan untuk waktu yang sangat lama. Tapi bisa juga pergerakan lempeng akan bertindak sedemikian rupa untuk membuatnya menghilang - beberapa ratus juta tahun di masa depan."
Huw Davies, profesor di School of Earth and Environmental Sciences di Cardiff University di Inggris, mengatakan penelitian ini sangat menarik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sangat menarik, dan menggambarkan hipotesis yang menarik, yang akan mendorong penelitian lebih lanjut mengenai topik ini," kata dia, yang tak terlibat dalam penelitian.
Sementara itu, Alessandro Forte, seorang profesor geologi di University of Florida di Gainesville yang juga tidak terlibat dalam penelitian ini, percaya ada alasan melakukan simulasi komputer untuk menentukan asal usul geoid rendah Samudera Hindia.
Ia menyebut penelitian ini merupakan perbaikan dari yang sebelumnya. Penelitian sebelumnya hanya mensimulasikan turunnya material dingin melintasi mantel, bukan termasuk lempeng mantel yang naik.
Forte mengungkap dirinya menemukan beberapa kekurangan dalam penelitian tersebut.
"Masalah yang paling menonjol dengan strategi pemodelan yang diadopsi oleh penulis adalah bahwa ia benar-benar gagal untuk mereproduksi gumpalan mantel dinamis yang kuat yang meletus 65 juta tahun yang lalu di bawah lokasi Pulau Réunion saat ini," kata Forte.
"Letusan aliran lava yang menutupi setengah dari anak benua India saat ini - menghasilkan Deccan Traps yang terkenal, salah satu fitur vulkanik terbesar di Bumi - telah lama dikaitkan dengan gumpalan mantel yang kuat yang sama sekali tidak ada dalam simulasi model," tambah dia.
Masalah lain, tambah Forte, adalah perbedaan antara geoid, atau bentuk permukaan, yang diprediksi oleh simulasi komputer dan yang asli.
"Perbedaan ini terutama terlihat di Samudera Pasifik, Afrika, dan Eurasia. Para penulis menyebutkan bahwa ada korelasi sedang, sekitar 80 persen, antara geoid yang diprediksi dan diamati."
"Tetapi mereka tidak memberikan ukuran yang lebih tepat tentang seberapa cocok mereka secara numerik (dalam penelitian). Ketidaksesuaian ini menunjukkan bahwa mungkin ada beberapa kekurangan dalam simulasi komputer," ujar Forte.
Ghosh mengatakan bahwa tidak semua faktor yang mungkin dapat diperhitungkan dalam simulasi.
"Itu karena kita tidak tahu persis seperti apa bumi di masa lalu. Semakin jauh ke masa lalu Anda pergi, semakin sedikit kepercayaan pada model."
"Kami tidak dapat memperhitungkan setiap skenario yang mungkin dan kami juga harus menerima kenyataan bahwa mungkin ada beberapa ketidaksesuaian tentang bagaimana lempeng bergerak dari waktu ke waktu," tandasnya.
(tim/dmi)