Jawa Masih Kering Kerontang, Aceh Hingga Papua Diprediksi Basah

CNN Indonesia
Sabtu, 26 Agu 2023 06:54 WIB
BMKG memprakirakan daerah-daerah di Pulau Jawa masih belum akan diguyur hujan dalam sepekan ke depan.
Ilustrasi. BMKG memprakirakan daerah-daerah di Pulau Jawa masih belum akan diguyur hujan dalam sepekan ke depan. (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan daerah-daerah di Pulau Jawa masih belum akan diguyur hujan dalam sepekan ke depan.

Hal itu berdasarkan Prospek Cuaca Seminggu ke Depan Periode 25-31 Agustus 2023.

"Berdasarkan prediksi kondisi global, regional, dan probabilistik model diprakirakan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terdapat di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Papua," kata BMKG.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, mengapa Jawa tak kunjung diguyur hujan sementara Sumatera dominan?

Pertama, dalam skala global, dua penanda fenomena El Nino yakni Southern Oscillation Index (SOI) dan NINO 3,4 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan cuara hujan di wilayah Indonesia, masing-masing bernilai -12,2 dan +1,17.

"El Nino moderat," demikian bunyi keterangan BMKG.

Kedua, skala regional. Fenomena angin atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) aktif pada kuadran 1 (belahan bumi Barat dan Afrika), menunjukkan kondisi yang kurang signifikan untuk wilayah Indonesia.

Selama sepekan ke depan, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuator diprakirakan aktif di sebagian wilayah Sumatera bagian utara dan tengah, Kalimantan bagian utara dan tengah, Sulawesi, Maluku Utara, Maluku bagian utara, Papua Barat, dan Papua.

Sementara itu, gelombang Kelvin diprakirakan aktif di Sumatera bagian selatan, Papua Barat, dan Papua bagian utara dalam sepekan ke depan.

"Sehingga, faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut," jelas BMKG.

Lembaga meteorologi itu juga mengungkap daerah pertemuan atau perlambatan kecepatan angin (konvergensi) terpantau memanjang dari Pesisir Timur Filipina hingga Laut Cina Selatan, dari Sumatra Utara hingga Selat Malaka, dari Pesisir Barat Lampung hingga Pesisir Barat Bengkulu;

Dari Selat Karimata hingga Kepulauan Riau, dari Kalimantan Tengah Bagian Utara hingga Selat Karimata, dari Sulawesi Tengah hingga Selat Makassar, di Pesisir Utara NTB, dari Laut Sulawesi hingga Filipina Bagian Selatan, dari Papua Tengah hingga Teluk Cendrawasih, dan di Samudra Pasifik Utara Papua.

Serta, ada daerah pertemuan angin (konfluensi) yang terpantau dari Laut Arafuru hingga Laut Aru, Samudra Hindia Selatan NTT hingga Barat daya Lampung, dari Laut Flores hingga Laut Jawa, di Laut Cina Selatan, dan di Laut Andaman.

"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut."

Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut-Turut BMKG, dengan pembaruan data terakhir pada 20 Agustus pada 4036 titik pengamatan, juga mengungkap Jawa mendominasi titik-titik wilayah yang sudah lama tak tersentuh hujan.

Merujuk peta tersebut, wilayah-wilayah yang masuk dalam skala jarang hujan di antaranya adalah nyaris seluruh Jawa, Pulau Bali bagian utara, serta Nusa Tenggara Timur dan Barat.

Sementara, wilayah yang masuk kekeringan ekstrem antara lain sebagian kecil Jawa Barat, separuh Jawa Timur, hingga sebagian NTT dan NTB.

Infografis Mengenal La Nina dan El Nino yang Gelayuti Langit RIMengenal La Nina dan El Nino yang Gelayuti Langit RI (Foto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi)
(tim/dmi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER