Dalam visi-misinya, pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming menyatakan perubahan iklim merupakan salah satu tantangan strategis yang dihadapi Indonesia.
Merujuk dokumen visi dan misi berjudul 'Bersama Indonesia Maju', pasangan ini menyebut perubahan iklim bisa menyebabkan kekeringan dan hujan ekstrem yang menurunkan produksi pangan, kerawanan pangan, meningkatkan harga pangan, serta mengancam keselamatan jiwa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam dokumen itu, setidaknya ada 17 program prioritas Prabowo-Gibran, dan dua di antaranya berkaitan dengan masalah krisis iklim dan dampaknya pada sektor pertanian.
Pertama, mencapai swasembada pangan, energi, dan air. Dokumen visi-misi itu mencantumkan bahwa pencapaian swasembada pangan, energi, dan air harus dilakukan secara cepat dan seksama.
"Untuk program pangan di antaranya dengan pengembangan program food estate, terutama untuk padi, jagung, singkong, kedelai, dan tebu. Ditargetkan minimal 4 juta hektare tambahan luas panen tanaman pangan tercapai pada tahun 2029.
Kedua, menjamin pelestarian lingkungan hidup. Dalam upaya pembangunan dan peningkatan ekonomi negara, kepastian keberlanjutan dan pelestarian lingkungan hidup menjadi prioritas utama untuk menjamin generasi mendatang dapat hidup sehat dan nyaman.
Pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD juga mengidentifikasi bahwa krisis iklim adalah persoalan pokok dan tantangan ke depan bagi Indonesia.
Hal tersebut terungkap dalam dokumen visi dan misi Ganjar-Mahfud bertajuk 'Menuju Indonesia Unggul'.
Menurut mereka perubahan iklim yang telah bergeser menjadi krisis iklim mengharuskan pergeseran paradigma dalam pembangunan. Lingkungan hidup atau planetary boundaries harus menjadi batasan bagi seluruh aktivitas, utamanya aktivitas ekonomi.
"Keseimbangan antara pemanfaatan dan perlindungan menjadi titik krusial," demikian bunyi salah satu poin dalam visi dan misi Ganjar-Mahfud.
Salah satu misi pasangan nomor urut 3 ini adalah mempercepat perwujudan lingkungan hidup yang berkelanjutan melalui ekonomi hijau dan biru.
Lingkungan hidup berkelanjutan itu melingkupi upaya mengurangi emisi gas rumah kaca, serta harmoni hutan untuk keseimbangan.
Ini dilakukan dengan moratorium deforestasi dan mempercepat reforestasi, reboisasi, dan rehabilitasi.
Selain itu, meningkatkan konservasi kawasan hutan sebagai sumber pangan lokal, obat-obatan herbal, air, oksigen, fungsi klimatologis, dan layanan alam bagi kehidupan masyarakat di sekitar hutan.
Ada pula pengelolaan lingkungan hidup berkelanjutan, adaptasi dan mitigasi krisis iklim, penerapan ESG (Enviromental, Social, Governance), dan program KadarKlim (Kampung Sadar Iklim).
(dmi/arh)