Liza Brusman, pakar biologi molekuler dari University of Colorado Boulder, AS, mengatakan gender seperti spektrum atau rangkaian yang berkesinambungan, tak biner. Menurutnya, banyak orang yang memiliki kombinasi karakteristik fisik 'laki-laki' dan 'perempuan'.
Contoh, beberapa orang dengan insensitivitas androgen memiliki kromosom XY, testis internal, dan genitalia eksternal wanita. Ciri-ciri, termasuk kadar hormon, juga dapat sangat bervariasi baik di dalam maupun di antara jenis kelamin.
Misalnya, pelari Afrika Selatan Caster Semenya diperintahkan untuk menurunkan kadar testosteron alaminya yang tinggi. Padahal, katanya, penelitian menunjukkan bahwa karena kadar testosteron memang sangat bervariasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ilmunya jelas - seks adalah spektrum," ucap Brusman, dikutip dari MassiveScience.
Ia juga mengkritik pelajaran di sekolah yang sering tidak akurat menyebut bahwa semua bayi mewarisi kromosom seks XX atau XY, dan memiliki kromosom XX menjadikan Anda perempuan, sedangkan XY menjadikan Anda laki-laki.
Pada kenyataannya, orang dapat memiliki XXY, XYY, X, XXX, atau kombinasi kromosom lainnya. Hal itu diklaimnya dapat menghasilkan berbagai karakteristik seks.
Ketika embrio pertama kali berkembang, Brusman menyebut semuanya dimulai dengan saluran reproduksi dasar yang sama, terlepas dari kromosom atau gennya.
Selama perkembangan embrio khas, embrio dengan gen SRY (biasanya ditemukan pada kromosom Y) mengembangkan testis, vesikula seminalis, epididimis, vas deferens, dan penis.
Jika embrio itu memiliki gen WNT4 fungsional (yang ditemukan pada kromosom 1) dan tanpa gen SRY, sistem reproduksinya berkembang menjadi ovarium, rahim, saluran tuba, dan vagina.
"Namun terkadang orang berakhir dengan sifat interseks, yang sering disebut dalam latar medis sebagai perbedaan perkembangan jenis kelamin (DSD)."
Ada banyak cara orang bisa menjadi interseks. Sebagai contoh, embrio XX dengan gen SRY akan berkembang sebagai pejantan tipikal, sedangkan embrio XY yang tidak memiliki gen SRY akan berkembang sebagai betina tipikal.
Ada juga varian genetik lain dalam sejumlah gen yang dapat mengubah kadar hormon, menghasilkan sistem reproduksi yang tidak sepenuhnya laki-laki atau perempuan. Perubahan ini bisa menyebabkan sistem reproduksi seseorang tidak "cocok" dengan kromosomnya.
(tim/dmi)