Harga RAM Meroket, Siap-siap PC dan Laptop Makin Mahal Mulai 2026
Industri PC kembali terguncang. Setelah harga GPU mulai stabil, kini giliran memori RAM dan SSD yang mengalami lonjakan ekstrem akibat kelangkaan komponen global.
Ledakan pusat data kecerdasan buatan (AI) disebut sebagai biang keladi krisis pasokan yang menyeret seluruh pasar hardware.
CyberPowerPC menjadi salah satu perusahaan pertama yang mengumumkan dampaknya secara terbuka. Dalam pernyataan resminya, perusahaan mengonfirmasi bahwa mereka akan menaikkan harga seluruh sistem mulai 7 Desember 2025.
"Harga memori global (RAM) telah melonjak 500 persen, dan harga SSD naik 100 persen," ujar CyberPowerPC dalam pernyataan tersebut, Kamis (27/11), mengutip PCGamer.
Permintaan memori untuk server AI melonjak tajam sepanjang 2025. Server AI membutuhkan memori dalam jumlah besar, baik DRAM untuk operasi jangka pendek maupun NAND untuk penyimpanan jangka panjang.
Fasilitas produksi yang memproduksi chip untuk perangkat konsumen kini kewalahan melayani kebutuhan pusat data.
Menurut laporan TrendForce dikutip TechSpot, harga kontrak DRAM pada kuartal ketiga 2025 melonjak hingga 171,8 persen dibanding tahun sebelumnya.
"Kenaikan ini bahkan melampaui laju kenaikan harga emas," tulis TrendForce dalam laporannya.
Beberapa produsen Korea Selatan dilaporkan bahkan menghentikan pesanan baru DDR5 hingga akhir bulan karena pasokan benar-benar terkuras.
Dampak kelangkaan ini terasa langsung di pasar ritel. Data PCPartPicker menunjukkan harga memori DDR4 dan DDR5 naik stabil sejak pertengahan 2025, dengan lonjakan tajam sejak September. Modul RAM dari Corsair dan Crucial di Amazon juga mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa minggu terakhir.
Harga spot DRAM Exchange pun naik drastis hanya dalam waktu beberapa hari:
- DDR4 16Gb: dari US$28 (Rp448.000) menjadi US$37 (Rp592.000)
- DDR5 16Gb: dari US$20 (Rp320.000) menjadi US$33 (Rp528.000)
Produsen memori juga kesulitan menjaga pasokan untuk pelanggan besar. SK Hynix mengonfirmasi bahwa seluruh stok DRAM, NAND, dan bahkan HBM mereka sudah habis terjual hingga tahun depan.
"Pasokan sangat terbatas. Beberapa penyedia cloud hanya mendapatkan pemenuhan sekitar 70 persen," kata sumber internal industri kepada media.
"OEM bahkan lebih buruk, hanya 30 persen hingga 40 persen," lanjutnya.
Meski DDR5 adalah teknologi terbaru, kenaikan harga DDR4 justru lebih tajam. Para analis menyebut penyebabnya adalah peralihan produksi besar-besaran ke DDR5, sementara permintaan DDR4 dari konsumen PC masih tinggi. Kekosongan pasokan pun tidak terhindarkan.
Adata, salah satu produsen memori terbesar, memperkirakan situasi ini tidak akan pulih dalam waktu dekat.
"Kami memperkirakan kelangkaan ini akan berlangsung hingga jauh ke 2026. Pasar memori saat ini sangat bullish," ujar Adata.
Dengan GPU yang baru saja turun harga dan kini RAM serta SSD yang naik tajam, para gamer dan perakit PC harus bersiap menghadapi biaya rakit PC yang jauh lebih mahal. Para analis memperkirakan gelombang kenaikan harga komponen akan terus berlangsung sepanjang 2025 hingga awal 2026.
Situasi ini membuat RAM berpotensi menjadi salah satu komponen termahal dalam sebuah build PC untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.
Atas hal tersebut, sebagian besar produsen laptop sudah mempertimbangkan untuk menaikkan harga jual perangkatnya.
Lenovo, misalnya, dilaporkan sudah memperingatkan toko ritel bahwa harga perangkatnya akan berubah mulai Januari 2026. Ini artinya, toko ritel akan melihat harga eceran yang disarankan baru.
Hal ini akan memaksa konsumen untuk membayar lebih mahal saat membeli PC atau laptop baru.
Produsen lainnya, HP dan Dell, juga dikabarkan mempertimbangkan hal yang sama. Menurut laporan media Korea Selatan Chosun Ilbo, HP dan Dell dikabarkan tengah mempertimbangkan ulang lini produk mereka beberapa pekan sebelum dipamerkan di ajang CES 2026.
(wpj/dmi)