Jakarta, CNN Indonesia -- Kamu termasuk yang cemas atau malah anti dengan matematika? Sains membuktikan, mereka yang cemas dengan matematika ternyata lebih berjuang dalam menghadapi masalah yang kompleks.
Kesimpulan ini ditarik oleh Hyesang Chang, ahli saraf kognitif dari Universitas Chicago di Illinois, dan timnya. Mereka melaporkan temuan timnya di pertemuan tahunan Cognitive Neuroscience Society, beberapa waktu lalu.
Mereka merekrut partisipan dari kalangan yang cemas dengan matematika dan yang tidak. Pada mereka dipasangkan alat pencitraan resonansi magnetik yang mengukur aliran darah di otak. Demi untuk melihat bagian otak mana yang bekerja pada poin tertentu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semua mereka diberi pertanyaan yang sama berupa persoalan matematika yang sederhana. Misalnya 9+2 itu berapa. Ternyata mereka yang cemas dengan matematika maupun menjawab dengan sama akuratnya. Waktu responsnya pun sama.
Tapi, saat otaknya dipindai, ternyata ada perbedaan area yang aktif.
Orang yang tidak cemas dengan matematika hanya sedikit aktivitas di area otak yang disebut jaringan perhatian
frontoparietal. Bagian ini terlibat dalam hal memori dan pemecahan masalah. Aktivitas yang sedikit ini berkaitan dengan performa yang lebih baik.
Sedang pada yang cemas pada matematika sebaliknya. Tak ada kaitan antara performa dan level aktivitas di jaringan
frontoparietal itu. Mereka yang kurang mengandalkan sirkuit
frontoparietal ini kemungkinan bisa menjawab dengan mengotomatisasi matematika yang sederhana.
Tapi pada mereka yang cemas pada matematika, menunjukkan aktivitas otak yang lebih bervariasi secara keseluruhan. Otak mereka kemungkinan memakai berbagai variasi pendekatan dalam memecahkan masalah matematika dan pada akhirnya membutuhkan upaya yang lebih di otaknya.
Ketika soal matematikanya masih gampang, mungkin mereka melakukan otomatisasi juga. Tapi ketika soalnya makin menantang, otak mereka aka berusaha dan bisa saja sampai mengalami kebuntuan.