Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) memperbaiki peringkat kredit Indonesia dari Stable menjadi Positive Outlook dan sekaligus mengafirmasi rating pada BB+. Perbaikan outlook ini membuka peluang Indonesia memperoleh peningkatan rating lagi dalam 12 bulan ke depan.
Dalam siaran persnya, Kamis (21/5), Analis Surat Berharga S&P untuk Indonesia, Kyran A. Curry mengatakan faktor utama yang mendukung perubahan outlook adalah perbaikan kerangka kebijakan yang dianggap berhasil meningkatkan kredibilitas kebijakan moneter dan sistem keuangan.
Menurutnya, kebijakan yang lebih efektif dan terarah telah memperkuat sektor fiskal dan cadangan devisa, serta memperbaiki ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo langsung merespon positif pengakuan S&P. Dia menyatakan perbaikan outlook tersebut sesuai dengan prediksinya.
Ke depannya, Agus Martowardojo punya target menjadikan Indonesia berpredikat laik investasi (investment grade) dari S&P. Saat ini, S&P adalah satu-satunya lembaga pemeringkat yang belum menempatkan Indonesia pada posisi investment grade.
Secara lebih rinci, S&P menyebut sejumlah syarat jika Indonesia ingin naik peringkat dalam 12 bulan ke depan. Antara lain jika target peningkatan kualitas pengeluaran pemerintah tercapai, konsistensi melepas harga BBM mengikuti mekanisme pasar, dan mengalokasikan anggaran investasi pemerintah secara efisien.
Bunga Utang Berpotensi TurunPada kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan meningkatnya peringkat kredit Indonesia di mata S&P mampu meringankan biaya utang pemerintah yang bersumber dari pasar luar negeri.
"Maka cost of fund-nya akan lebih murah dan menambah basis dari investornya.Karena kalau untuk investor global dan asing yang ingin investasi biasanya ada syarat negara tersebut sudah harus
investment grade," katanya.
Namun, Bambang belum bisa mengestimasi berapa persen potensi penurunan biaya bunga surat utang negara. "Hukum ekonomi logis, demand tinggi sementara supply tetap. Maka bond kita akan menjadi lebih bagus dan
cost of fund-nya akan lebih rendah," katanya.
Pengumuman rating tersebut bertepatan dengan rencana pemerintah menerbitkan surat berharga syariah berdenominasi valas atau sukuk global. Meski peringkat utang membaik, Bambang masih bungkam ketika ditanya kepastian tanggal terbit instrumen pembiayaan syariah tersebut. "Sekarang masih book building," katanya.