Menteri Siti Nurbaya Kaji Program Hutan Tanaman Energi

CNN Indonesia
Rabu, 22 Mar 2017 12:15 WIB
Tanaman yang dimanfaatkan untuk hutan tanaman energi antara lain ekaliptus, sengon, nyamplung, akasia, kalaindra, dan kemiri.
Tanaman yang dimanfaatkan untuk hutan tanaman energi antara lain ekaliptus, sengon, nyamplung, akasia, kalaindra, dan kemiri. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) tengah mengkaji program hutan tanaman energi, yang menurut Menteri LHK Siti Nurbaya bisa dijadikan sumber energi baru dan terbarukan di masa mendatang.

Menurut Siti, hutan memiliki sumber daya untuk memasok energi alternatif yang dibutuhkan manusia. Pada saat yang sama, pengelolan hutan berkelanjutan juga bisa menopang kehidupan dan menjadi benteng dari bencana perubahan iklim.

Alih-alih terpaku pada sumber energi terbarukan yang sudah banyak diketahui orang, seperti panas bumi, air, angin, matahari, gelombang laut dan pasang surut, kini Kementerian LHK yang dipimpinnya tengah merancang pembentukan hutan tanaman energi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tanaman yang dimanfaatkan adalah jenis yang bisa digunakan sebagai energi biofuel dan biomassa. Misalnya ekaliptus, sengon, nyamplung, akasia, kalaindra, dan kemiri,” katanya saat peringatan Hari Hutan Internasional di Jakarta, dikutip Rabu (22/3).

Menurutnya, hutan memiliki keterkaitan langsung dengan mayoritas sumber energi baru dan terbarukan di Indonesia.

Ia mencatat, di tengah hutan belantara Indonesia ada potensi panas bumi sebanyak 48 titik di hutan konservasi, 56 titik di hutan lindung, dan 50 titik di hutan produksi. Lalu ada 145 titik di areal penggunaan lain yang berpotensi sebagai sumber panas bumi. Jika dimanfaatkan, titik panas bumi itu bisa menghasilkan energi listrik hingga 28.617 Megawatt (MW)

“Lokasinya antara lain di Telaga Bodas, Kamojang, Batang Gadis, Kerinci Seblat, Halimun Salak, Ciremai, Rinjani, dan Bogani Nawarta Bone,” ujar Siti Nurbaya.

Menurutnya pemanfaatan energi terbarukan dan pengelolaan hutan berkelanjutan adalah bagian penting dari mitigasi perubahan iklim. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga hutan sebagai sistem penyangga kehidupan yang diantaranya adalah menjaga tata air yang sangat diperlukan bagi mahkluk hidup.

Biaya Produksi Listrik

Terkait program hutan tanaman energi, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo mengungkapkan sudah ada 32 perusahaan yang siap untuk mengembangkan hutan tanaman energi.

“Luasnya sekitar 1,1 juta hektare,” katanya.

Rinciannya, ada 10 unit yang sejak awal memang disiapkan untuk hutan tanaman energi. Luas totalnya sekitar 297.645 hektare. Selain itu ada sekitar 22 unit lagi yang sudah menyatakan komitmen untuk pengembangan hutan tanaman energi dengan luas konsesi sekitar 790 ribu hektare.

Hutan tanaman energi yang dikembangkan, khususnya adalah untuk menghasilkan biomassa. Pemanfaatan biomassa sebagai bahan baku energi diyakini lebih lebih mudah dan dekat untuk mencapai tahap masal.

Menurut Indroyono, tantangan paling besar untuk pengembangan hutan tanaman energi adalah harga jualnya yang masih lebih tinggi dari tarif dasar listrik. Ketentuan saat ini mengatur Harga Jual Listrik dari energi baru dan terbarukan ke PLN yang dipatok maksimal 85 persen dari Biaya Pokok Produksi (BPP) listrik masing-masing wilayah.

Berdasarkan kebijakan tersebut pengembangan bioenergi dari biomasa di wilayah Indonesia bagian Barat dan Tengah akan sangat sulit karena harga listrik yang dihasilkan lebih mahal ketimbang biaya pokok produksi listrik di wilayah itu.

“Meski demikian, untuk wilayah Indonesia Timur masih ada peluang. Sebab disana banyak memanfaatkan pembangkit diesel yang harganya listriknya lebih mahal,” kata Indroyono.

Untuk meningkatkan daya tarik usaha energi biomassa, pemerintah perlu mencari terobosan agar BPP listrik di Indonesia bagian Barat yang terlalu rendah, dapat diberikan insentif melalui pola trust fund yg dikelola Badan Layanan Umum-Lingkungan dimana didalamnya juga terhimpun dana reboisasi.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER