Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Amerika Serikat mulai kembali merancang perundingan damai Palestina-Israel di bawah solusi dua-negara. Sebelumnya, dua kali perundingan telah gagal mencapai kesepakatan.
Pejabat AS kepada
Reuters, Kamis (10/3), mengatakan pemerintah Barack Obama menargetkan disepakatinya garis besar atau
outline untuk permasalahan seperti perbatasan, keamanan, status Yerusalem, dan nasib para pengungsi Palestina dalam perundingan kedua negara berikutnya.
Garis besar ini berisikan deskripsi singkat soal sikap utama dari kedua negara terkait permasalahan tersebut. Sumber itu melanjutkan, hal ini diperlukan untuk menentukan parameter seperti yang dibuat oleh mantan Presiden AS Bill Clinton bagi Palestina dan Israel pada akhir tahun 2000.
Di bawah rencana ini,
outline tersebut akan diwujudkan ke dalam resolusi Dewan Keamanan PBB untuk memberikan posisi internasional yang lebih baik. Hal ini akan memudahkan kerja presiden AS selanjutnya atau pihak-pihak lain yang ingin melanjutkan perundingan kedua negara yang mandek pada 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu adalah ide yang saat ini tengah dibicarakan," kata pejabat AS yang enggan disebut namanya itu.
Jika langkah ini dijalankan, maka akan menjadi perubahan besar dalam sikap AS. Pasalnya selama ini, AS menolak menggunakan resolusi PBB untuk menekan Israel. AS selalu bersikeras Israel dan Palestina harus bernegosiasi secara langsung untuk mengatasi perbedaan mereka, tanpa melibatkan PBB.
Kemungkinan lainnya, Presiden Barack Obama akan menyampaikan sikapnya dalam perundingan Israel-Palestina dalam sebuah pidato.
Sumber
Reuters mengatakan, desakan terus datang dari dalam pemerintah agar Obama tidak membuat solusi dua-negara tenggelam. Namun pemerintah AS menyadari perundingan kecil kemungkinannya dilanjutkan sebelum Obama habis masa jabatannya awal Januari 2017 mendatang.
Saat ini Obama tengah fokus mengatasi masalah ISIS, Iran dan Kuba.
Solusi dua-negara sejak lama dianggap sebagai penyelesaian konflik Palestina dan Israel yang paling masuk akal. Dalam rencana tersebut, negara Palestina akan menempati wilayah sebagian besar Tepi Barat dan Jalur Gaza, lahan yang dicaplok Israel pada perang 1967, dan daerah yang digunakan Israel untuk membangun permukiman Yahudi.
Tapi kenyataannya, solusi ini masih jauh dari kenyataan karena Israel masih terus menggerus wilayah Palestina dengan membangun permukiman Yahudi. Selain itu masih terjadi perpecahan antara Fatah dan Hamas, ketidakjelasan pengganti Mahmoud Abbas yang kini berusia 81 tahun, dan gelombang kekerasan antara kedua negara.
Warga Palestina melakukan penusukan, penabrakan mobil atau penembakan yang menewaskan 28 warga Israel dan dua warga AS sejak Oktober tahun lalu. Sementara tentara Israel membunuh sedikitnya 179 warga Palestina.
Para pejabat AS memperingatkan, perundingan yang mandek dan solusi yang tidak juga tercapai akan menyebabkan konflik yang lebih parah serta berlanjutnya penjajahan di wilayah Palestina.
(den)