Lini Masa Skandal Korupsi FIFA

Dika Dania Kardi | CNN Indonesia
Kamis, 28 Mei 2015 12:46 WIB
Penguakan skandal korupsi dan suap di FIFA sudah berlangsung sejak proses bidding tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.
Dua hari jelang Kongres FIFA yang berlangsung di Swiss, otoritas sepak bola dunia itu dikejutkan oleh penangkapan para petinggi FIFA di Zurich akibat dugaan suap dan korupsi selama lebih dari dua dekade.(REUTERS/Ruben Sprich)
Zurich, CNN Indonesia -- Sembilan petinggi FIFA dan empat eksekutif perusahaan olahraga ditangkap polisi Swiss, Rabu (27/5). Mereka dituduh terlibat korupsi, suap, dan penyalahgunaan kekuasaan otoritas sepak bola dunia. Berikut lini masa skandal-skandal korupsi FIFA sejak penentuan tuan rumah Piala Dunia (PD) 2018

Oktober 2010: Surat kabar Sunday Times menurunkan berita tentang Presiden Konfederasi Oseania, Reynald Temarii, anggota Komite Eksekutif (Exco) FIFA dari Nigeria Amos Adamu, Komite Wasit Ahongalu Fusimalohi, dan mantan anggota Exco FIFA Ismael Bhamjee terlibat skandal bidding tuan rumah PD.

November 2010: Temarii dan Adamu diskors tiga tahun dan denda ribuan poundsterling karena pelanggaran etik. Panel investigasi mengklaim tak ada bukti dalam penentuan tuan rumah PD.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Desember 2010: Rusia dan Qatar diumumkan sebagai pemenang bidding tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.

Mei 2011: Asosiasi sepak bola Inggris (FA) dan parlemen Inggris menyatakan ada enam anggota exco FIFA yang terlibat pelanggaran etik sehingga membuat negara itu kalah dalam bidding tuan rumah PD.

Maret 2011: Blatter mengajukan diri kembali bersaing dalam pemilihan presiden FIFA. Ia bersaing dengan mantan presiden AFC Mohamed bin Hammam.

Juni 2011: Muncul pembocor informasi tentang skandal korupsi dan suap dalam bidding tuan rumah PD, Phaedra Almajid.

Juli 2011: Hammam dijatuhi sanksi seumur hidup oleh FIFA karena dinyatakan bersalah 'membeli' suara dalam pemilihan presiden FIFA.

Desember 2011: Telegraph menerbitkan berita tentang FBI yang tengah menginvestigasi bidding tuan rumah PD.

Juli 2012: FIFA mulai melakukan investigasi internal dengan mempekerjakan pengacara Amerika Serikat Michael J Garcia terkait tuduhan korupsi dalam sepak bola.

September 2012: Garcia mengumumkan ia akan menginvestigasi hasil bidding tuan rumah PD 2018 dan 2022.

Maret 2013: Blatter menegaskan Qatar tetap sebagai tuan rumah PD 2022.

Baca kisah-kisahnya: Kakap-Kakap FIFA Ditangkap

Juli 2013: Anggota Exco FIFA Theo Zwanziger menyebut penentuan Qatar sebagai tuan rumah PD 2022 sebagai 'kesalahan yang mencolok'.

Oktober 2013: Mantan Exco FIFA Manilai Fernando dihukum seumur hidup oleh FIFA karena menjadi salah satu aktor suap yang dilakukan Hammam.
Presiden FIFA Sepp Blatter saat berpidato di depan Kongres AFC di Manama, Bahrain, 30 April 2015. (REUTERS/Hamad I Mohammed)


Juni 2014: Sunday Times memublikasi dokumen-dokumen yang menunjukkan skandal guna mengamankan Qatar sebagai calon tuan rumah PD 2022.

September 2014: Garcia menyelesaikan investigasinya dengan laporan sebanyak 350 halaman. Hakim Komite Etik FIFA Hans-Joachim Eckert menolak memublikasi dokumen itu secara keseluruhan.

November 2014: Eckert memublikasi ringkasan laporan Garcia dalam 42 halaman. Eckert menyimpulkan tak ada hal yang salah dalam penentuan tuan rumah PD 2018 dan 2022.

Garcia mengkritik penerbitan intisari laporan dan mendorong agar 350 halaman dokumen dipublikasi seluruhnya. Garcia mengundurkan diri sebagai bentuk protes terhadap FIFA.

Januari 2015: Sponsor-sponsor FIFA mulai menarik diri terkait skandal di otoritas sepak bola dunia itu. Sony dan Emirates menarik diri, sedangkan Castrol, Continental, dan Johnson&Johnson mendesak Blatter mundur.

Blatter mengumumkan hasratnya mencalonkan diri kembali menjadi Presiden FIFA untuk periode yang kelima.

Maret 2015: Muncul dokumen yang menyatakan mantan wakil presiden FIFA Jack Warner serta keluarga menerima jutaan dolar dari perusahaan Qatar dan dikaitkan dengan PD 2022.

FIFA menggagas PD 2022 digelar pada musim dingin untuk menghindari suhu yang tinggi jika PD digelar seperti biasanya pada musim panas.

Mei 2014 : Mantan Exco FIFA Chuck Blazer dijatuhi sanksi arena dugaan kasus korupsi dan pencucian uang yang dilakukannya di zona CONCACAF. Blazer dituduh menerima suap hingga 15 juta dolar AS.

26 Mei 2015: Salah satu kandidat Presiden FIFA, Pangeran Ali bin Hussein dari Yordania, melaporkan ke pihak berwajib tentang identitas pria yang berupaya menawarkan penjualan suara untuknya agar terpilih dalam Kongres nanti.

Ali akan bersaing dengan Blatter dalam pemilihan Presiden FIFA dalam kongres 29 Mei 2015. Sebelumnya, legenda Portugal Luis Figo dan presiden asosiasi sepak bola Belanda (KNVB) Michael van Praag telah mengundurkan diri dari pencalonan presiden FIFA.

27 Mei 2015: Lewat penggerebekan pada dini hari waktu setempat, Polisi Zurich menangkap sembilan petinggi FIFA dan empat eksekutif perusahaan olahraga atas permintaan kejaksaan federal Amerika Serikat. Mereka akan diekstradisi ke AS dan menjalani pemeriksaan terkait dugaan skandal suap dan korupsi hingga US$100 juta selama lebih dari dua dekade.

Selain itu, Kejaksaan Swiss mengungkap tengah melakukan penyelidikan terkait bidding tuan rumah PD dan juga otoritas Swiss telah memblokir rekening FIFA di negara tersebut. (kid/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER