Mendag Kaji Kerja Sama Dagang dengan Myanmar

CNN Indonesia
Selasa, 05 Sep 2017 11:45 WIB
Mendag masih menunggu arahan dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang telah bertemu dengan Aung San Suu Kyi.
Mendag masih menunggu arahan dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang telah bertemu dengan Aung San Suu Kyi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perdagangan (Kemdag) mengaku tengah mengkaji usulan embargo kerja sama perdagangan dengan Myanmar. Hal itu sebagai bentuk protes pemerintah atas aksi represif pemerintah Myanmar terhadap etnis Rohingya.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, saat ini, Kemdag masih menunggu arahan dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang telah bertemu dengan Aung San Suu Kyi dan menyampaikan usulan formula untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Rakhine, termasuk dengan membuka akses bantuan.

"Kita tungggu kebijakan politik luar negeri dari Menteri Luar Negeri. Supaya satu garis jangan jalan sendiri-sendiri," ujarnya, Selasa (5/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, Enggar menjelaskan, hubungan perdagangan antar kedua negara masih minim. Bagi RI, Myanmar bukan mitra dagang utama. 

"Produk andalan ke Myanmar kecil dan tidak spesifik. Yang paling besar investasi di sana adalah Amerika Serikat," terang dia.

Kemdag membukukan ekspor Indonesia ke Myanmar meliputi kertas dan produk dari kertas, minyak sawit, besi dan baja, tembakau dan karet. Sementara, impor Indonesia dari Myanmar meliputi tepung kanji, kayu, kacang-kacangan, soda, ikan dan sayur-mayur. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia ke Myanmar turun tajam sejak 2013 silam. Pada 2013, nilai ekspornya US$556 juta. Lalu, merosot setahun setelahnya menjadi US$175 juta.

Padahal, pada tahun yang sama, Presiden Joko Widodo sempat menegaskan, hubungan bilateral dengan Myanmar akan ditingkatkan, khususnya dalam sektor telekomunikasi dan pembangunan infrastruktur. Hal itu akan direalisasikan melalui peningkatan investasi BUMN dan perusahaan swasta Indonesia di Myanmar.

Alih-alih bertumbuh, nilai ekspor Indonesia ke Myanmar malah semakin terperosok menjadi US$150 juta pada 2015. Terus mengendur menjadi US$145 juta pada 2016 lalu. Hingga Juli 2017, nilai ekspor Indonesia ke Myanmar masih suam-suam kuku, yakni US$79 juta.

Pemerintah sendiri terus mengupayakan nilai ekspor Indonesia melalui berbagai kerja sama di sektor industri, listrik, gas, dan transportasi.

Salah satunya yang dilakukan PT Bukit Asam (Persero) yang akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan daya sebesar 2x100 megawatt di Myanmar.

Sebelumnya, Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Teguh Juwarno mendesak, pemerintah segera memutuskan hubungan perdagangan dengan Myanmar.

Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes atas tindakan Myanmar yang dinilai telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap kelompok muslim Rohingya.

"Kalau ini dibiarkan kita bisa kena getahnya, hubungan dagang, menurut saya bisa diputus sebagai bentuk penolakan atas tindakan mereka," pungkasnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER