Membongkar Keterbatasan Guru-Guru di Perbatasan

Deddy S | CNN Indonesia
Senin, 11 Des 2017 10:29 WIB
Kompetensi dan kualitas guru-guru di daerah perbatasan Indonesia relatif masih minimal. Pelatihan ini akan membantu mereka.
Pre-training ASEAN Youth Teacher Training di Kapuas Hulu. (Dok. AYTT)
Kapuas Hulu, CNN Indonesia -- Kompetensi dan kualitas guru-guru di daerah perbatasan Indonesia relatif masih minimal. Ada berbagai macam alasannya, salah satunya adalah kesulitan beradaptasi pada perubahan kurikulum yang terlalu cepat. Kesulitan adaptasi ini juga disebabkan minimnya sumber daya yang mendukung pengajaran.

Untuk memecahkan masalah itu, pada akhir pekan lalu ASEAN Young Teacher Training menggelar pre-training di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Ini adalah kegiatan pendahuluan, sebelum pelaksanaan Young Teacher Training yang selengkapnya, yang dimaksudkan untuk mencetak guru berkualitas yang dapat memajukan pendidikan di Indonesia.

Sebanyak 23 orang mengikuti pre-training berupa kegiatan diskusi kelompok untuk membahas seputar pendidikan dan pengalaman guru dalam mengajar. Peserta pre-training terdiri dari 12 guru SMP dan kepala sekolah di 5 Kecamatan di Kapuas Hulu, dan relawan, serta pemimpin proyek Dedy Afandi.
 
Di dalam diskusi, para guru antusias menceritakan pengalaman mereka saat mengajar, termasuk momen-momen membahagiakan. Seperti kisah ibu guru Riani dari SMP Negeri 1 Badau yang mengantar murid-muridnya yang berbeda suku dan agama, mengikuti lomba sastra di kabupaten.

Meski berada dalam keterbatasan, ternyata para guru memiliki harapan yang tinggi bagi murid-muridnya. Seperti cerita Arfan Setiyadi, guru SMP Negeri 1 Empanang, yang berharap murid-muridnya bisa mencapai cita-cita dan impian mereka.

Para guru dan kepala sekolah itu bersepakat bahwa untuk menjadi guru yang baik harus memiliki hati yang ikhlas dalam mengajar. Selain itu mereka harus memiliki kompetensi yang baik dan didukung sarana dan prasarana yang mendukung kebutuhan belajar mengajar.

Mereka menyadari, perubahan kurikulum tidak terlalu membantu mereka dalam mencapai kompetensi, sebab tidak ada pelatihan dan pendampingan berkelanjutan. Mereka merasa kesulitan untuk menerapkan kurikulum yang berasal dari pemerintah pusat. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER