Jakarta, CNN Indonesia -- Masa peralihan anak-anak ke masa remaja merupakan masa di mana anak mulai mengambil langkah pertamanya menuju kemandirian. Sebagai orang tua anda tahu bahwa itu adalah fase yang tidak dapat dilawan dan harus dilewati. Namun terkadang orang tua merasa tidak dapat mengendalikan fase tersebut.
Beranjak ke remaja biasanya anak-anak menjadi lebih sering meluangkan waktu sendirian di kamarnya dan sangat protektif terhadap barang-barang pribadinya. Biasanya dalam masa-masa ini anak anda menjadi lebih tertutup mengenai kesehariannya.
Seperti misalnya, jika ditanyakan tentang hari mereka di sekolah akan menjawab dengan sangat singkat yaitu, “Biasa saja”. Dan seakan-akan kebutuhan anak anda terhadap privasi semakin tinggi setiap harinya. Orangtuapun menjadi bertanya-tanya sebenarnya seberapa pantaskah anak-anak mendapatkan privasi jika memang dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di zaman digital seperti sekarang ini memang bikin banyak alasan yang cukup untuk mengkhawatirkan privasi yang diberikan kepada anak-anak. Dalam media sosial seakan-akan orang-orang diajak untuk membagikan mengenai kehidupannya sedetail dan sesering mungkin.
Sekarang orangtua dihadapkan dengan bahaya akses Internet ataupun sosial media yang dulu tidak ada. Kini jejak digital seseorang dapat dengan mudah dan cepat untuk dilacak, dan yang lebih buruknya lagi, hampir tidak ada kemungkinan untuk bisa menghapus jejak tersebut secara bersih.
Lalu bagaimanakah kira-kira orangtua dapat mengajarkan rasa tanggung jawab tentang mana yang baik dan buruk tanpa tahu apa yang mereka pikirkan, katakan, lakukan atau dengan siapa mereka melakukannya, dan lain-lain? Seberapa perlukah anak-anak memiliki privasinya?
Dari penelitan-penelitian oleh Columbia University disimpulkan bahwa mayoritas para ahli dan orangtua mengatakan bahwa anak memerlukan tingkat privasi tertentu. Hal ini tergantung dengan usia anak dan perkembangannya.
Seperti contohnya, anak usia 10 tahun yang sekamar dengan adiknya memerlukan ruang pribadi untuk dirinya namun belum memerlukan laptop ataupun ponsel pribadi. Namun ada juga orangtua yang menganggap bahwa usia 10 tahun adalah usia yang tepat untuk mendapatkan akses ponsel. Sebenarnya orangtualah yang mengetahui ukuran seberapakah privasi yang dapat dipercayakan kepada anaknya.
Banyak ahli yang menyarankan pada orangtua untuk sedikit lebih longgar terhadap tingkat privasi yang diberikan kepada anaknya. Percayai anak anda sebagai anak yang dewasa dan dapat memperlihatkan bahwa mereka pantas untuk dipercaya.
Kepercayaan memang harus didapatkan namun bukan berarti orangtua melepaskan dengan begitu saja. Jika anda ingin mengetahui password akun media sosial dan ponsel anak anda, atau seperti memasang software untuk melindungi sekaligus memantau anak dari bahaya dunia maya, lakukan saja.
Namun menurut Amy McCready, pendiri Positive Parenting, mengatakan bahwa hal tersebut harus dimulai dengan penjelasan bahwa akses komputer, Internet, dan media sosial yang dimiliki anak anda merupakan keistimewaan yang diberikan oleh orangtua dan bukan merupakan hak mereka.
Beri tahu kepada mereka kalau anda akan secara rutin mengecek kegiatan mereka di dunia maya dan jelaskan bahwa anda melakukan hal tersebut bukan karena anda tidak mempercayai mereka, namun karena sudah menjadi tanggung jawab anda sebagai orangtua untuk bahaya di dunia maya yang mungkin tidak disadari oleh mereka.
Mungkin kalau anak anda pernah melakukan perilaku yang berbahaya atau mengganggu, berbohong, dan lain-lain, anda memang perlu memantau lebih anak anda. Namun kebanyakan anak menganggap bahwa menjadi dewasa adalah usaha dalam mendapatkan dan menerima privasi yang sesuai usianya.
Anak juga memerlukan kesempatan untuk dipercaya. Biarkan mereka membuktikan bahwa mereka pantas mendapatkan kepercayan kepada dirinya sendiri dan juga kepada anda.
Karena pada akhirnya anak-anak pasti akan lebih membutuhkan orangtuanya daripada privasi. Mempercayakan tanggung jawab dan privasi kepada anak adalah seperti mencari keseimbangan dalam keluarga anda. Dalam hal ini, anda dan anak anda perlu saling berkompromi agar menemukan titik tengahnya. Ingat, kuncinya adalah kepercayaan dan tanggung jawab.