Yogyakarta, CNN Indonesia -- Karang (
Coral) yang ada di laut itu bukan batu, bukan tumbuhan, tetapi hewan yang individunya (
polyp) membentuk koloni besar. Dalam dunia Biologi, karang dikelompokkan dalam kelas
Anthozoa. Jika manusia mempunyai rangka atau tulang yang dibungkus daging, pada karang keadaannya terbalik. Rangka hewan ini membungkus bagian lunaknya. Karena bagian kerasnya ada di luar inilah, maka karang lantas dianggap sebagai batu.
Uniknya lagi, hewan karang tadi tidak hidup sendiri, ia hidup bersama-sama (bersimbiose) dengan hewan renik lain yang disebut
Zooxanthella. Dalam istilah Biologi,
Zooxanthella ini dikenal sebagai
endosymbiont dari karang, karena
Zooxanthella hidup di dalam jaringan tubuh karang.
Zooxanthella ini pulalah yang menjadikan karang berwarna-warni. Jika karang ditinggalkan oleh
Zooxanthella, karang akan berwana putih, pingsan dan lantas mati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagaimana layaknya hidup bersimbiose, tentunya ada hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara karang dengan
Zooxanthella.
Kepada
Zooxanthella,
karang memberikan perlindungan, tempat hidup yang aman, bahan “makanan” (nitrogen dan fosfor), dan pasokan Karbondioksida yang memungkinkan
Zooxanthella untuk hidup. Lantas, dari
Zooxanthella, karang mendapatkan energi dalam bentuk glukosa, gliserol dan asam amino.
Zooxanthella mampu memberikan pasokan 90 persen kebutuhan energi karang. Jika karang hidup sehat, kumpulan karang yang membentuk terumbu menjadi rumah ideal bagi banyak mahluk laut. Pada ekosistem karang yang sehat ini, ikan dan mahluk laut lainnya akan hidup sejahtera, seperti dalam film animasi Finding Nemo atau Shark Tale.
Hidup bersama secara serasi antara karang dan
Zooxanthella ini bisa saja buyar berantakan karena faktor luar. Pada kondisi tertentu karang dapat mengalami stress, misalnya karena perubahan suhu air laut, pencemaran yang mengakibatkan berubahnya komposisi kimia air laut, penyakit, perusakan fisik karang, atau karena karang kelaparan.
Dalam keadaan demikian, karang akan “mengusir”
Zooxanthella dari jaringan tubuhnya dan karang akan berubah warna menjadi putih. Peristiwa memutihnya karang ini disebut dengan
Coral Bleaching.
Jika kondisi ini terus berlangsung, ujungnya adalah kematian karang. Jika karang mati, bubarlah ekosistem karang yang sehat tadi dan makhluk hidup lain yang hidup di karang juga akan pergi. Untungnya, banyak karang yang bisa bertahan (walaupun sebentar) setelah mengalami
bleaching. Pada kasus naiknya suhu air laut, arus air dingin dari dasar laut (
upwelling) dapat membantu pulihnya karang. Karang dikatakan pulih jika tubuh karang kembali dihuni oleh
Zooxanthella.
Perubahan iklim yang sedang kita rasakan bersama pada masa-masa ini, perusakan karang secara fisik dengan menggunakan bom yang tidak hanya membuat karang memucat tapi hancur berantakan, menangkap ikan di karang dengan menggunakan racun, atau perubahan komposisi kimia yg menjadikan air laut menjadi lebih asam, semuanya juga berujung pada hancurnya ekosistem terumbu karang.
Akibatnya apa? Ada banyak ikan laut yang kita konsumsi hidupnya sangat bergantung akan keberadaan dan kesehatan terumbu karang. Tanpa terumbu karang, stok ikan konsumsi ini bisa habis. Jadi, begitulah, tanpa karang … tidak akan ada hidangan laut nan lezat itu di meja makan kita.
(ded/ded)