Guna Arsenik, dari Peracunan sampai Pemucat Kulit

Deddy S | CNN Indonesia
Senin, 01 Agu 2016 07:19 WIB
Di dalam sejarah, penggunaan arsenik dalam aplikasi sehari-hari itu beragam. Dari alat membunuh sampai dijadikan obat.
Ilustrasi racun (qimono/pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Arsenik mulai dikenal sejak abad ke-4 Sebelum Masehi, ketika Aristoteles menyebut salah satu sulfida dengan nama “Sandarach” atau Timbal Merah.

Dikutip dari Chemicool.com, filsuf dan ahli kimia dari Jerman, Albertus Magnus, kemudian mengisolasi elemen itu pada 1250.

Dalam perjalanan sejarah, arsenik disebut dalam beberapa peristiwa penting. Dikutip dari Livescience, kaisar Romawi Lucius Cornelius Sulla pada tahun 82 SM mengeluarkan undang-undang Lex Cornelia. Ini adalah undang-undang pertama yang melawan peracunan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 1836, ahli kimia dari Inggris, James Marsh akhirnya menemukan cara mendeteksi arsenik di makanan dan tubuh manusia. Praktek peracunan dengan arsenik pun mulai menurun.

Belum terbukti memang, tapi konon Napoleon Bonaparte diracuni dengan arsenik secara perlahan, sampai kemudian wafatnya pada 1821.

Di zaman Victoria, arsenik putih atau arsenik trioksida, banyak dijual bebas di toko-toko kelontong. Perempuan memakannya atau membalurkan campuran arsenik dan cuka ke kulit untuk membuat kulit tampak lebih pucat.

Di pertanian di Amerika Serikat, arsenik digunakan sebagai pemusnah hama tikus dan pestisida pada abad ke-20. Puluhan tahun kemudian barulah orang sadar bahwa cara itu sungguh konyol.

Sementara di dunia medis, obat bernama Salvarsan yang berbasis arsenik diciptakan oleh ahli farmasi Paul Ehrlich pada 1910. Obat ini dipakai untuk mengobati penyakit sipilis, sebelum lahirnya penisilin.

Arsenik juga dipakai di industri pembuatan baterai dan peluru serta pembuatan kaca. Tapi penggunaannya ditekan mengingat bahayanya.

(ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER