Jakarta, CNN Indonesia -- Seperti yang kita tahu Moewardi merupakan siswa dari STOVIA atau Sekolah Dokter Bumi Putera. Setelah lulus dari STOVIA Moewardi melanjutkan pendidikan untuk mengambil spesialis di bidang THT (Telinga-Hidung-Tenggorokan).
Keaktifannya di dunia mahasiswa organisasi kepanduan membuatnya butuh waktu hingga 12 tahun untuk menamatkan pendidikannya. Moewardi dikenal cerdas di kalangan gurunya. Ia sempat ditawari menjadi assisten professor pada Geneeskundige Hoge School atau Sekolah Tinggi Kedokteran Bagian Hidung, Kerongkongan, dan Telinga.
Moewardi menjadi assisten Dr. Hendarmin, hingga saat dirinya meninggalkan kota Jakarta. Di Jakarta ia bekerja menjadi dokter di rumah sakit CBZ (sekarang RSCM). Saat ia menjadi dokter inilah, ia dikenal sebagai ‘Dokter Gembel’.
Ini bukan julukan merendahkan, melainkan kekaguman. Kala itu ia lebih suka mengobati orang-orang miskin. Ia mendatangi orang-orang miskin yang tengah sakit, lalu mengobatinya tanpa meminta biaya pengobatan.
Ia juga aktif dalam pertempuran-pertemburan dalam membela tanah air. Dalam setiap pertempuran ia akan mendampingi dan mengobati para tentara yang terluka. Ia sempat diawari menjadi Menteri oleh Soekarno, namun ia menolak. Ia memilih tetap berjang bersama rakyat.
Bersama rekan-rekannya sesama dokter, Moewardi mendirikan sebuah sekolah kedokteran di Solo. Atas berkat jasanya pada masa perjuangan kemerdekaan, namanya diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit di Solo yaitu Rumah Sakit Dr. Moewardi. Awalnya rumah sakit ini bernama Rumah Sakit Jebres.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(ded/ded)